EDUKASI
EDUKASI

Universitas Syiah Kuala Kukuhkan Empat Profesor

image_print

BANDA ACEH – Universitas Syiah Kuala (USK) melalui Sidang Terbuka Senat Akademik Universitas (SAU), mengukuhkan empat profesor baru yang merupakan para pakar dari berbagai bidang keilmuan.

ADVERTISEMENTS
Selamat Milah BPKH ke 7 Tahun

Pengukuhan ini dipimpin oleh Ketua Senat Akademik Universitas, Prof. Abubakar di Gedung AAC Dayan Dawood, Banda Aceh, Selasa, 10 Desember 2024.

ADVERTISEMENTS
QRIS Merchant Bank Aceh Syariah

Advertisements

ADVERTISEMENTS
SMS Poin - Bank Aceh Syariah

Keempat profesor tersebut adalah Prof. Dr. Ir. Alfizar, M.Sc, Prof. Dr. dr. Azharuddin, Sp.OT., K-Spine. FICS, Prof. Dr. Ir. Gina Erida, M.Si, dan Prof. Dr. Ramayanty Bulan, S.T., M.Si.

ADVERTISEMENTS
Selamat Hari Guru Nasional

Rektor USK, Prof. Marwan mengaku bersyukur dengan laju pertumbuhan profesor, yang selama ini cukup tinggi. Saat ini jumlah profesor di USK sebanyak 181 orang atau 9,09% dari jumlah dosen secara keseluruhan.

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

Advertisements

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari KORPRI ke-53

“Alhamdulillah, beberapa hari lalu, kita mendapatkan informasi 22 calon professor sudah mendapatkan rekomendasi dari 44 calon yang telah kita usulkan. Kita doakan selebihnya akan mendapatkan kabar baik juga dalam beberapa hari kedepan ini,” ungkap Rektor.

Maka kita semua berharap bahwa para profesor di USK, termasuk yang dikukuhkan hari ini, akan mampu mengangkat martabat kampus ini, di pentas nasional dan internasional melalui kepakaran mereka masing-masing, untuk memecah masalah yang di hadapi masyarakat dan bangsa ini.

Berita Lainnya:
Kabar Baik, Guru PPPK Bisa Mengajar di Sekolah Swasta Mulai 2025

Profesor pertama yang kepakarannya sangat  dibutuhkan adalah Prof Alfizar. Risetnya menawarkan solusi yang paling efektif untuk mendukung ketahanan pangan nasional, serta upaya bersama mewujudkan kelestarian lingkungan yang berkelanjutan.

“Prof Alfizar berupaya mengkaji inkorporasi endofit pada budidaya padi dengan System of Rice Intensification (SRI) Organik, untuk mencegah insiden penyakit tanaman sehingga mampu mendukung ketahanan pangan,” ujar Rektor.

Kajian Prof Alfizar sangatlah penting untuk ditindaklanjuti. Apalagi saat ini tuntutan kebutuhan pangan terus meningkat, namun di sisi lain persoalan kerusakan lingkungan terus mengancam kita.

Selanjutnya, Prof Azharuddin. Melalui kepakarannya di bidang Ilmu Bedah Ortopedi dan Traumatology, dokter ini mencurahkan kepakarannya untuk menjaga ketahanan tubuh. Ia mengkaji tatalaksana holistic masalah tulang belakang (SPINE).

Tanpa penanganan yang holistik maka masa depan anak-anak yang menderita infeksi TBC tulang belakang akan suram. Mereka akan mengalami kelumpuhan sepanjang hidupnya, tidak jarang mengalami kematian.

“Kepakaran dan kajian Prof. Azharuddin sangatlah penting bagi kita semua. Khususnya bagi Aceh yang saat ini hanya memiliki tiga orang dokter Spesialis Ortopedi subspesialis Tulang Belakang. Di mana satu di antaranya adalah Prof Azharuddin,” jelas Prof Marwan.

Kemudian, Prof Gina yang pakar di Ilmu Gulma. Risetnya tentang alelopati sebagai alternatif pengendalian gulma pada pertanian berkelanjutan. Selama ini, pengendalian gulma lebih sering dilakukan secara konvensional atau dengan penggunaan herbisida.

Berita Lainnya:
Lomba Masak Tradisional dan Serba Ikan Warnai Ingin Jaya Festival 2024

“Prof Gina Erida menawarkan cara yang paling efektif dan lebih ramah lingkungan dalam mengendalikan gulma dengan menggali potensi senyawa yang berasal dari tumbuhan (alelokimia), melalui proses alelopati untuk dapat dimanfaatkan sebagai bioherbisida,” sebutnya.

Kajian Prof Gina ini dapat mendukung kelestarian lingkungan yang berkelanjutan, sekaligus mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Terakhir, Prof Ramayanty yang selama ini telah mendedikasikan hidupnya pada Bidang Ilmu Teknologi Rekayasa Mesin. Ia berupaya mengembangkan teknologi rekayasa mesin pertanian dan melakukan simulasi desain mesin berbasis sumber daya lokal Aceh.

“Dalam kajiannya, Prof Ramayanty mencontohkan penerapan teknologi rekayasa mesin untuk mendukung produksi pinang di Aceh,” sebutnya.

Sebab selama ini pinang adalah salah satu sumber daya lokal Aceh yang sangat potensial, namun para petani pinang masih menggunakan cara tradisional dalam proses produksinya.

Mulai dari pembelahan buah pinang segar dengan pisau atau “parang”, pengeringan yang langsung dengan matahari, hingga pengupasan yang dilakukan secara manual. Hal ini menjadikan kapasitas produksi pinang sangat terbatas dari setiap usaha tani tersebut.

Follow HARIANACEH.co.id untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya