Anak Bos Toko Roti Disebut Sakit Jiwa, Polisi Jangan Termakan Siasat Keluarga Pelaku

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

BANDA ACEH – Anggota Komisi III DPR Hasbiallah Ilyas mewanti-wanti polisi untuk tidak mudah percaya dengan pengakuan pihak keluarga George Sugama Halim, pelaku penganiayaan terhadap karyawan di toko roti, menderita gangguan jiwa.Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini meminta Kapolres Jakarta Timur, Kombes Nicolas Ary Lilipaly usut tuntas kasus yang kadung menyita perhatian publik.

Hasbi mengaku tahu betul kronologi perkara ini, sebab lokasi kejadiannya di kawasan Penggilingan Jakarta Timur, tak jauh dari rumah konstituennya. Sehingga dia sering dapat informasi terkait kasus ini.

“Pelaku bukan pertama kali melakukan tindakan kekerasan kepada Mbak Dwi. Ini sudah kejadian yang kesekian kalinya. Bahkan, dia juga melakukan kekerasan terhadap saudaranya sendiri,” kata Hasbi di Jakarta, dikutip Rabu (18/12/2024).

Dia menegaskan, jika pelaku benar-benar sakit jiwa, seharusnya ia sudah dibawa ke rumah sakit jiwa setelah melakukan tindakan kekerasan sekali atau dua kali. Dengan demikian, pelaku akan mendapatkan perawatan dan tidak bisa berbuat semena-mena.

Namun kenyataannya, pelaku tetap bebas beraktivitas dan melakukan kekerasan berkali-kali tanpa adanya penindakan yang memadai.

“Mbak Dwi tahu bahwa pelaku melakukan ini bukan sekali. Bisa jadi, dia adalah korban yang kesekian kalinya, tapi mungkin tidak berani mengungkapkannya,” ujar Ketua DPW PKB Jakarta itu.

Korban penganiayaan anak bos toko roti di Cakung, Dwi Ayu Darmawati mengadu ke Komisi III DPR, Selasa (17/12/2024). Di hadapan wakil rakyat ia mengungkap kronologi penganiayaan yang dilakukan pelaku George Sugama Halim yang tak digubris polisi selama dua bulan.

Kelakuan tak manusiawi anak bosnya yang merasa ‘si paling kebal hukum’ itu bermula saat dia menyuruh Dwi mengantarkan makanan yang dipesan melalui layanan daring ke kamar pribadinya. Dwi menolak karena dia bekerja bukan sebagai asisten rumah tangga melainkan pegawai toko roti.

“Saya mau menceritakan tentang kejadian yang saya alami. Jadi posisinya, saya kan lagi kerja. Tanggal 17 Oktober, jam 9 malam. Si pelaku dari luar masuk ke dalam toko, terus duduk di sofa, terus dia mesen GoFood. Setelah orang GoFood-nya datang, disitu dia nyuruh saya nganterin makanannya ke kamar pribadinya. Saya nolak, karena disitu bukan tugas saya juga, makanya saya nolak,” ujarnya ketika RDPU dengan Komisi III DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (17/12/2024).

George marah dan menyebut Dwi ‘miskin’. Pelaku pun mengklaim dirinya tidak akan bisa dihukum penjara lantaran kebal hukum.  “Terus dia juga sempat ngomong, ‘orang miskin kayak lo nggak bisa masukin gue ke penjara, gue nih kebal hukum.’ Dia sempat ngomong kayak gitu,” ujarnya.

Saat itu, Dwi mengaku ingin berhenti dari pekerjaannya namun dilarang oleh adik pelaku. Hingga akhirnya korban membuat perjanjian agar dirinya tidak mengantar makanan ke pelaku lagi. Selain dimaki miskin, Dwi juga sempat dilempar pakai berbagai barang oleh George. Mulai dari mesin EDC, patung hingga bangku.

Dwi menyebut lemparan dari pelaku mengenai seluruh badannya. Bahkan ia mengklaim tidak ada yang menolongnya saat itu.  “Enggak ada, saya di situ cuma berdua, sama teman saya satu-satu,” ucapnya.

Setelah pelaku melihat dirinya berdarah, George lari ke belakang. Momen itu dimanfaatkan Dwi untuk segera bergegas ke luar toko. Dia mengatakan, George sering melakukan kekerasan verbal dan fisik terhadap dirinya dari September. Sedangkan, ke karyawan lain, kata dia, hanya kekerasan verbal.

Setelah berhasil keluar toko dengan keadaan terluka, Dwi langsung ke klinik dan melapor ke Polsek Rawamangun dan Cakung. Namun laporannya ditolak sehingga ia melanjutkan laporan ke Polres Jatinegara, Jakarta Timur.

“Habis kejadian itu langsung melapor ke Polsek Rawamangun. Tapi di situ emang nggak bisa nangani. Akhirnya juga di Cakung, dan di Cakung juga nggak bisa nangani juga. Akhirnya dia disuruh ke Polres di Jatinegara, di Jakarta Timur, (diantar, red) teman-teman sama keluarga,” ujar dia.

Exit mobile version