Cicit KH Hasyim Asyari: NU Bukan Alat Kekuasaan, Jaga Adab Berorganisasi!

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

BANDA ACEH – Belakangan, hasrat dan ambisi segelintir orang untuk menyalurkan aspirasinya dalam berorganisasi di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU), memicu keprihatinan para ulama. Keprihatinan akan ketidaklaziman tersebut juga disuarakan secara terbuka oleh cicit pendiri NU KH Hasyim Asyari, yakni K.H. Fahmi Amrullah Hadzik.Saat ditemui sejumlah wartawan, Rabu (18/12), Gus Fahmi yang juga Ketua PCNU Jombang ini, berbicara panjang lebar menanggapi beberapa kader NU yang bersekongkol hendak menggelar Musyawarah Luar Biasa (MLB). Ia mengingatkan agar semua kader NU dapat menjadi teladan, menjaga keadaban dan sopan santun dalam berorganisasi.

Para perintis, lanjut Gus Fahmi, para muassis, sesepuh dan ulama di lingkungan NU sudah menyediakan pola dan tatakrama dalam menjalankan jam’iyah dan mengelola jemaah. “Para muassis dan ulama di lingkungan Nahdlatul Ulama, sudah memiliki tradisi yang luhur dalam berorganisasi. Niai-nilai yang diwarisi dari Kanjeng Nabi Muhammad,” ujar Gus Fahmi

Lebih-lebih, jelas Gus Fahmi, NU didirikan oleh para kiai bukan untuk kepentingan sesaat atau apalagi untuk mengejar kekuasaan. “NU itu, tujuan pendiriannya, adalah untuk membangun peradaban masyarakat dalam beragama. Agar apa? Agar masyarakat dapar hidup rukun sebagai warga negara,” kata Gus Fahmi.

“Mari kita memberikan contoh yang baik sebagai organisasi yang penuh sopan santun serta beradab dengan kesabaran,” jelas dia. Diingatkan, warga dan kader NU, pantang menjadikan NU sebagai alat mengincar suatu jabatan tertentu. NU, katanya, adalah wadah membangun karakter kemanusiaan dengan menanamkan nilai agama demi terbangunnya suatu peradaban.

Dan, katanya, mematuhi asas-asas berorganisasi adalah termasuk dalam nilai-nilai luhur yang dapat membantu terbentuknya sebuah peradaban. Taat pada peraturan, AD dan ART, serta ketentuan organisasi, lanjut Gus Fahmi, juga jadi penanda bagi seorang kader telah memahami ajaran kenabian dalam mengelola masyarakat dan umat.

“Lebih baik bersabar. Tidak akan lama kok toh tinggal 2 tahun lagi masa khidmat kepengurusan saat ini. Paling 2026 akhir atau awal tahun 2027 akan dilakukan pemilihan,” bebernya. Namun, lanjutnya, jika MLB tetap dipaksakan, maka akan menjadi contoh yang buruk buat generasi mendatang dan NU tidak berbeda dengan organisasi yang hanya untuk kepentingan saat atau kekuasaan.

“Mari kita sama-sama berpikir dengan tenang dan jernih. Jika MLB dipaksakan selain membuang energi juga akan sulit dilakukan,” ujarnya. Bahkan, katanya, akan sulit dilaksanakan, karena setidaknya mesti dapat persetujuan 50 persen plus 1 PCNU serta jajarannya. “Ya sekali lagi saya tekankan untuk bersabar nggak lama kok. Nanti bisa bertarung resmi. Dan itu tidak lama kok,” tegasnya.

Saat disinggung asal mula munculnya gagasan MLB, Gus Fahmi menjelaskan, hal ini karena adanya kekecewaan beberapa orang yang berseberangan dengan PBNU, serta mau melibatkan NU sebagai organisasi Politik praktis. Wacana MLB ini, katanya, tidak murni karena urusan organisasi tapi lebih karena ambisi orang perorang semata.

“Jangan bawa NU ke ranah politik dan Alhamdulillah dalam proses pilkada serentak kemarin kita lolos tidak melibatkan NU ke politik praktis. Khususnya PCNU Jombang bahkan yang jadi calon dua-duanya kader NU,” pungkasnya.

Exit mobile version