BANDA ACEH – Ratusan tentara Korea Utara dilaporkan tewas dalam pertempuran melawan pasukan Ukraina di wilayah Kursk, Rusia. Informasi ini disampaikan oleh seorang pejabat senior militer AS yang menyebut bahwa Pyongyang telah mengirim ribuan tentaranya untuk membantu upaya perang Rusia di perbatasan.
“Ratusan korban merupakan perkiraan terakhir dari Korea Utara, termasuk luka ringan hingga yang tewas dalam pertempuran (KIA),” ujar pejabat tersebut, yang tidak mau disebutkan namanya. Ia menambahkan bahwa korban meliputi prajurit dari berbagai pangkat.
Dilansir Guardian, menurut pejabat itu, tentara Korea Utara tidak memiliki pengalaman tempur yang memadai, sehingga mereka rentan di medan perang.
“Mereka bukan pasukan yang terlatih untuk bertempur. Hal ini mungkin menjadi alasan tingginya korban yang mereka alami di tangan Ukraina,” katanya.
Komentar tersebut muncul setelah panglima tertinggi Ukraina, Oleksandr Syrsky, melaporkan bahwa Rusia menggunakan tentara Korea Utara dalam serangan intensif di Kursk, yang menjadi titik panas dalam konflik selama beberapa hari terakhir.
Korea Utara dan Rusia telah memperkuat hubungan militer sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Pakta pertahanan besar yang ditandatangani kedua negara pada Juni lalu mulai berlaku bulan ini.
Para analis menyebutkan bahwa pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, memanfaatkan kerja sama ini untuk mendapatkan teknologi militer canggih dari Rusia sekaligus memberikan pengalaman tempur bagi tentaranya.
Pemerintah AS, di bawah Presiden Joe Biden, tetap menjadi pendukung utama Ukraina, dengan menggelontorkan miliaran dolar dalam bentuk bantuan.
Namun, masa depan dukungan ini diragukan seiring pergantian pemerintahan mendatang di Washington.
Presiden terpilih Donald Trump telah mengkritik bantuan AS untuk Ukraina dan menyatakan dirinya mampu mengamankan gencatan senjata dalam hitungan jam, jika menjabat.
Komentar ini menimbulkan kekhawatiran di Kyiv dan Eropa tentang kemungkinan berkurangnya bantuan AS di masa depan.
Seorang pejabat senior pertahanan AS juga mengungkapkan bahwa sebagian dari anggaran 5,6 miliar dollar AS untuk Ukraina kemungkinan tidak akan terserap sebelum pemerintahan baru mengambil alih.
“Saya mengantisipasi bahwa mungkin ada sisa dana yang akan dialihkan dan tersedia untuk digunakan pemerintahan berikutnya,” ujar pejabat tersebut.