Kisah Jokowi adalah pelajaran mahal bagi kita semua. Bahwa seorang pemimpin tidak cukup hanya merakyat, ia harus benar-benar punya visi yang kokoh, istiqamah, keberanian melawan arus oligarki, dan komitmen menjaga amanat UUD 1945, termasuk soal demokrasi. Seorang pemimpin, tambahan dari ulama di Mukernas IV MUI, harus punya sifat jujur, amanah, fathanah dan tabligh.
PDIP, sebagai partai yang mengusung Jokowi, harus bertanggung jawab bukan hanya dengan permintaan maaf, tetapi juga dengan aksi nyata. Maka, wahai PDIP, mari akhiri cerita dosa ini dengan babak baru: babak reformasi sejati, yang sesungguhnya sudah kita perjuangkan bersama namun selalu dirusak oleh banyak pihak.
Dan untuk kita semua, mari berhenti terbius oleh viralitas dan janji-janji muluk. Cukup sudah, pengalaman kita dengan kepemimpinan semu Jokowi yang lahir dari realitas maya. Kita berhak mendapatkan pemimpin yang lebih baik. Jangan biarkan sejarah terulang lagi —atau kita akan kembali terjebak dalam siklus dosa politik yang sama.
*). Ma’had Tadabbur al-Qur’an, 23 Desember 2024.)