BANDA ACEH – Media sosial tengah ramai memperbincangkan aksi tujuh pendaki Tektok asal Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, yang diblacklist oleh pengelola jalur pendakian Gunung Slamet via Permadi Guci, Kabupaten Tegal.Keputusan tersebut diambil usai rombongan itu meninggalkan salah satu temannya dalam kondisi hipotermia dan menitipkannya kepada rombongan pendaki lain.
Peristiwa ini menjadi viral setelah sebuah video diunggah oleh akun TikTok @info_slamet_3428mdpl pada Sabtu (28/12/2024).
Unggahan tersebut mendapat perhatian luas dari warganet, terbukti dengan 346 ribu likes, 8 ribu komentar, dan 12 ribu kali dibagikan ulang dalam waktu kurang dari 24 jam.
Pihak basecamp menerima laporan adanya pendaki yang mengalami hipotermia di pos 4. Laporan ini disampaikan oleh pendaki lain yang melintas di jalur tersebut pada Senin, 23 Desember 2024, sekitar pukul 14.00 WIB.
Setelah dilakukan pemeriksaan, tujuh pendaki Tektok yang berasal dari Kecamatan Salem dan Kersana, Kabupaten Brebes, awalnya membantah telah meninggalkan salah satu anggota rombongan mereka. Namun, setelah melalui proses interogasi lebih lanjut, mereka akhirnya mengakui tindakan tersebut.
Selain itu, kelompok ini diketahui membawa perlengkapan yang tidak memadai, seperti makanan ringan dalam jumlah terbatas, gas portable yang sudah habis, serta persediaan nasi yang tidak cukup untuk kebutuhan perjalanan.
Sebagai tindak lanjut, tim dari Basecamp Permadi Guci melakukan upaya penyelamatan terhadap pendaki yang ditinggalkan.
Proses evakuasi dimulai pada pukul 19.30 WIB dan berhasil membawa korban turun dengan selamat meskipun kondisi cuaca cukup menantang.
Tindakan meninggalkan anggota rombongan saat mendaki dianggap melanggar aturan yang berlaku di jalur pendakian Permadi Guci.
Sebagai konsekuensinya, delapan orang dalam rombongan tersebut, termasuk korban hipotermia, dikenai sanksi berupa larangan mendaki Gunung Slamet melalui jalur tersebut selama lima tahun.
Para pendaki tersebut melakukan metode pendakian Tektok, yang mengharuskan mereka mencapai puncak dan kembali turun dalam satu hari tanpa bermalam.
Metode Tektok sering kali dilakukan tanpa persiapan logistik dan fisik yang memadai. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya keadaan darurat, seperti hipotermia, yang dapat mengancam keselamatan pendaki.