BANDA ACEH – Ramalan Jakarta bakal digulung tsunami 1,8 meter usai ledakan dahsyat megathrust, akan diulas lengkap dalam artikel ini. Isu megathrust kembali mencuat setelah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merilis hasil riset terbarunyaSebelumnya, peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi, BRIN Nuraini Rahma Hanifa mengatakan, potensi bencana dalam bentuk gempa megathrust dan tsunami di wilayah selatan Jawa bisa saja terjadi.
Segmen megathrust di selatan Jawa, termasuk Selat Sunda, menyimpan energi tektonik yang signifikan dan berpotensi melepaskan gempa berkekuatan magnitudo 8,7 hingga 9,1.
“Potensi megathrust ini dapat memicu goncangan gempa yang besar dan tsunami, yang menjalar melalui Selat Sunda hingga ke Jakarta dengan waktu tiba sekitar 2,5 jam,” ujarnya dikutip, Rabu (8/1/2025).
Berdasarkan simulasi BRIN bersama tim peneliti dari berbagai institusi, jika tsunami terjadi, ketinggian gelombang diperkirakan dapat mencapai 20 meter di pesisir selatan Jawa, 3-15 meter di Selat Sunda, dan sekitar 1,8 meter di pesisir utara Jakarta.
Fenomena serupa juga pernah terjadi, seperti tsunami Pangandaran 2006 yang dipicu oleh marine landslide di dekat Nusa Kambangan.
“Energi yang terkunci di zona subduksi selatan Jawa terus bertambah seiring waktu. Jika dilepaskan sekaligus, goncangan akan memicu tsunami tinggi yang bisa berdampak luas, tidak hanya di selatan Jawa tetapi juga di wilayah pesisir lainnya,” tuturnya.
Oleh karena itu, BRIN menekankan pentingnya mitigasi melalui pendekatan struktural dan non-struktural.
Pendekatan struktural dengan melakukan pembangunan tanggul penahan tsunami, pemecah ombak dan penataan ruang di kawasan pesisir dengan memperhatikan jarak aman 250 meter dari bibir pantai.
Selanjutnya dengan melakukan pembangunan hutan pesisir atau vegetasi alami seperti pandan laut dan mangrove juga menjadi solusi berbasis ekosistem untuk meredam energi gelombang tsunami.
Sedangkan pendekatan non-struktural melibatkan kesiapsiagaan masyarakat melalui edukasi mitigasi bencana, pelatihan simulasi evakuasi, serta penyediaan jalur dan lokasi evakuasi yang memadai.
Sementara, untuk daerah perkotaan seperti Jakarta, yang memiliki kepadatan penduduk tinggi dan sedimen tanah yang rentan mengamplifikasi goncangan, upaya mitigasi gempa juga mencakup retrofitting atau penguatan struktur bangunan.
Saat melakukan penelitian paleotsunami, BRIN menemukan bahwa gempa megathrust di selatan Jawa memiliki periode ulang sekitar 400-600 tahun. Dengan kejadian terakhir diperkirakan pada 1699, energi yang tersimpan saat ini telah mencapai titik kritis.
“Bencana seperti tsunami Aceh mengajarkan kita bahwa kesiapsiagaan dan mitigasi bencana adalah kunci untuk menyelamatkan nyawa,”pungkasnya.