NASIONAL
NASIONAL

Bukan Agung Sedayu Group, Inilah Pihak yang Mengaku Bangun Pagar Laut di Tangerang

image_pdfimage_print

BANDA ACEH – Polemik pembangunan pagar laut sepanjang 30 kilometer di pesisir Tangerang, Banten, makin mencuat usai berbagai tuduhan dialamatkan kepada Agung Sedayu Group (ASG) selaku pengembang Program Strategis Nasional Pantai Indah Kapuk (PSN PIK) 2.Tudingan tersebut menyebutkan pagar laut tersebut digunakan untuk pemetaan lahan. ASG pun buka suara.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Terima Kash dari Bank Aceh Syariah Selama Tahun 2024

ASG Buka Suara

“Kalau tadi saya konfirmasi (manajemen ASG), nggak ada, itu fitnah semua. Nggak ada pembelian (untuk pembebasan lahan) di situ,” ujar kuasa hukum ASG, Muannas Alaidid, Sabtu (11/1/2025).

Ia juga menegaskan bahwa Pulau Cangkir, yang disebut-sebut menjadi bagian dari pengembangan PIK 2, tidak termasuk dalam kawasan tersebut karena dianggap bukan daratan.

ADVERTISEMENTS
Mengenang dan Refleksi 20 Tahun Tsunami Aceh dari Bank Aceh Syariah

Informasi tentang pembebasan lahan di Pulau Cangkir yang dikaitkan dengan PIK 2 dinilainya tidak berdasar.

Muannas juga menepis kesaksian warga dari kawasan Tanjung Pasir hingga Kronjo yang menyatakan bahwa pagar laut akan menjadi pembatas reklamasi PIK 2.

“Nggak betul. Fitnah,” tegasnya. Lebih lanjut, ia membantah informasi yang menyebutkan bahwa pagar laut dari bambu tersebut dibangun untuk pemetaan lahan. “Fitnah!” ujarnya kembali.

Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah memberikan batas waktu 10-20 hari kepada pihak terkait untuk membongkar pagar laut yang telah disegel sejak Kamis (9/1/2025).

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM Expired Bank Aceh Syariah

Pengakuan Jaringan Rakyat Pantura

Fakta lain muncul dari sekelompok masyarakat yang tergabung dalam Jaringan Rakyat Pantura (JRP).

Mereka mengaku sebagai pihak yang membangun pagar laut tersebut atas dasar inisiatif swadaya masyarakat setempat.

ADVERTISEMENTS
Selamat Milah BPKH ke 7 Tahun

“Sejauh ini pemerintah daerah tutup mata dengan kondisi wilayah Pantura Tangerang ini, khususnya pada nelayan. Hingga saat ini tidak pernah memberikan kesejahteraan,” ujar Sandi Martapraja, Koordinator JRP, Jumat (10/1/2024).

Menurutnya, abrasi yang telah mengikis ribuan hektar lahan warga menjadi salah satu alasan utama pembangunan tanggul tersebut.

ADVERTISEMENTS
QRIS Merchant Bank Aceh Syariah

Sandi juga menyatakan bahwa struktur yang dibangun bukanlah pagar laut, melainkan tanggul laut untuk mencegah abrasi dan sebagai mitigasi terhadap ancaman Megathrust dan tsunami.

“Ini bukan pagar laut, tapi tanggul laut untuk pencegah abrasi serta mitigasi terhadap ancaman Megathrust dan Tsunami.

ADVERTISEMENTS
SMS Poin - Bank Aceh Syariah

Tanggul ini merupakan hasil inisiatif swadaya dari masyarakat setempat,” kata Sandi.

Ia menambahkan bahwa hingga kini sosialisasi dari pemerintah daerah terkait bahaya Megathrust sangat minim dilakukan kepada warga Pantura Tangerang.

Dorong Peningkatan Ekonomi

Senada, Tarsin, perwakilan nelayan Pantura Tangerang, menyebut bahwa pemasangan bambu dengan tinggi enam meter tersebut dilakukan secara sadar oleh para nelayan untuk menahan abrasi.

“Tanggul bambu dengan ketinggian enam meter itu memang sengaja dipasang para nelayan untuk menahan abrasi.

Yang mana hingga saat ini persoalan abrasi tidak menjadi perhatian pemerintah,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa tanggul ini memberikan manfaat ekonomi tambahan bagi para nelayan, salah satunya akan mendorong keberadaan kerang hijau yang tumbuh di area tersebut.

“Itu bisa jadi tambahan pencarian nelayan, pokoknya meningkatkan ekonomi, bukan bermaksud apa-apa dan tidak ada hubungan dengan PIK 2,” pungkas Tarsin. ***

Follow HARIANACEH.co.id untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya