Ramadhan Datang, Kenaikan Harga Terus Berulang
OPINI
OPINI

Ramadhan Datang, Kenaikan Harga Terus Berulang

ADVERTISMENTS
Iklan Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H dari Bank Aceh Syariah
image_pdfimage_print

Penulis: Hanny N.**

ADVERTISMENTS

DARI laman kumparan (4 Februari 2025) Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengakui ada beberapa komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga, bahkan lebih tinggi dari yang ditetapkan oleh pemerintah.

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, mengatakan komoditas-komoditas tersebut kini masih dijual di pasaran dengan harga di atas Harga Acuan Pembelian (HAP) juga Harga Eceran Tertinggi (HET).

ADVERTISMENTS

Setiap menjelang Ramadhan, fenomena kenaikan harga bahan pokok kembali terjadi. Ini bukan sekadar kebetulan atau kondisi yang tak bisa dihindari, tetapi sebuah pola berulang yang mengindikasikan adanya permasalahan mendasar dalam sistem ekonomi dan distribusi pangan di negeri ini. Meskipun alasan klasik yang selalu digaungkan adalah meningkatnya permintaan, nyatanya terdapat faktor lain yang lebih kompleks dan seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah.

Mengapa Harga Selalu Naik?

Meningkatnya jumlah permintaan memang menjadi salah satu penyebab lonjakan harga menjelang Ramadhan. Namun, dalam sistem ekonomi yang sehat, seharusnya kenaikan permintaan bisa diimbangi dengan kelancaran produksi dan distribusi, sehingga harga tetap stabil. Sayangnya, dalam sistem kapitalisme yang saat ini diterapkan, lonjakan harga menjelang momen-momen tertentu justru menjadi ajang keuntungan bagi segelintir pihak yang bermain di balik layar.

ADVERTISMENTS
Berita Lainnya:
Rini Soemarno Vs Erick Thohir

Problem utama yang turut berkontribusi terhadap kenaikan harga ini adalah rantai pasok yang tidak efisien dan adanya praktik bisnis yang merugikan rakyat. Mafia impor, kartel, monopoli, serta praktik iktikar (penimbunan barang) sering kali menjadi faktor utama yang menghambat stabilitas harga. Dalam banyak kasus, barang kebutuhan pokok justru semakin sulit didapat bukan karena produksi yang tidak mencukupi, melainkan karena permainan pihak-pihak tertentu yang mengendalikan stok di pasar.

Tak hanya itu, jaminan terhadap kelangsungan produksi juga menjadi masalah serius. Jika pemerintah tidak memastikan dukungan bagi petani dan produsen lokal, maka suplai barang akan selalu bergantung pada impor. Ketergantungan terhadap impor ini menjadikan harga pangan sangat sensitif terhadap perubahan harga global, nilai tukar rupiah, serta kebijakan perdagangan internasional. Akibatnya, harga-harga pun terus melonjak, sementara daya beli masyarakat semakin tergerus akibat beban ekonomi yang kian berat.

Sistem Ekonomi Kapitalisme Gagal Menjamin Kesejahteraan Rakyat

Dalam sistem ekonomi kapitalisme, mekanisme pasar dibiarkan berjalan dengan hukum penawaran dan permintaan. Harga naik atau turun diserahkan pada interaksi antara pembeli dan penjual, tanpa campur tangan serius dari negara untuk mengontrol atau menstabilkan harga. Hal ini memberikan celah bagi para spekulan dan pemain besar di industri pangan untuk menguasai pasar demi meraup keuntungan sebesar-besarnya.

Berita Lainnya:
Mafia Migas Ancam Gulingkan Prabowo Jika Usut Tuntas Kasus Korupsi Pertamina?

Alih-alih memastikan kesejahteraan rakyat, kebijakan yang diterapkan justru semakin menyulitkan masyarakat kecil. Misalnya, alokasi subsidi yang tidak tepat sasaran, kebijakan impor yang merugikan petani lokal, serta lemahnya pengawasan terhadap rantai distribusi. Dalam kondisi seperti ini, rakyat kecil menjadi pihak yang paling dirugikan, karena mereka harus menghadapi harga-harga yang terus meroket sementara penghasilan tetap stagnan atau bahkan menurun.

Kondisi ini semakin diperparah dengan ketidakmampuan negara dalam menindak tegas praktik-praktik curang dalam distribusi pangan. Mafia impor, yang selama ini mendapat keuntungan besar dari ketergantungan negeri ini terhadap impor bahan pangan, terus dibiarkan berkeliaran tanpa ada upaya serius untuk memberantasnya. Begitu pula dengan para pemilik modal besar yang memainkan harga di pasar demi keuntungan pribadi, sementara rakyat harus menanggung dampaknya.

Islam Menjamin Kestabilan Harga dan Kesejahteraan Rakyat

Berbeda dengan sistem kapitalisme yang membebaskan mekanisme pasar tanpa kontrol, Islam memiliki mekanisme yang jelas dalam menjamin ketersediaan pangan dan stabilitas harga. Dalam Islam, negara bertanggung jawab penuh atas distribusi pangan dan memastikan bahwa kebutuhan rakyat dapat terpenuhi dengan harga yang terjangkau.

1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

ADVERTISMENTS