Kecelakaan Menghantui, Negara Tak Peduli
OPINI
OPINI

Kecelakaan Menghantui, Negara Tak Peduli

ADVERTISMENTS
Iklan Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H dari Bank Aceh Syariah
image_pdfimage_print

Penulis: Hanny N

ADVERTISMENTS

DIREKTORAT Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan masih mendalami penyebab kecelakaan di Gerbang Tol Ciawi 2, Bogor, Jawa Barat. Tim dari Kemenhub diterjunkan ke lokasi kejadian untuk mengumpulkan bukti dan informasi yang diperlukan.

Kecelakaan di jalan tol seolah menjadi berita yang tak pernah habis. Setiap kali terjadi, kita disuguhi laporan tentang korban jiwa, kerusakan kendaraan, dan kerugian materi. Namun, setelah itu, semuanya kembali seperti biasa. Kecelakaan berulang, korban terus berjatuhan, dan negara seolah abai terhadap jaminan keselamatan warganya. Padahal, akar masalahnya jelas: ada kegagalan sistemik dalam pengelolaan transportasi, mulai dari kapabilitas pengemudi hingga lemahnya regulasi dan pengawasan. Ini bukan sekadar masalah teknis, melainkan cerminan dari sistem yang lebih besar, di mana keselamatan rakyat seringkali dikorbankan demi kepentingan ekonomi.

ADVERTISMENTS

Kapabilitas Sopir: dari Pemberian SIM hingga Beban Kerja yang Tak Manusiawi

Salah satu faktor utama yang menyebabkan kecelakaan berulang adalah masalah kapabilitas sopir. Mulai dari proses pemberian Surat Izin Mengemudi (SIM) yang seringkali tidak ketat, hingga pengetahuan sopir tentang kendaraan yang terbatas. Banyak sopir yang tidak memahami betul bagaimana cara merawat kendaraan mereka, apalagi melakukan pengecekan rutin sebelum berkendara. Padahal, kendaraan yang tidak layak jalan adalah bom waktu yang siap meledak kapan saja.

Selain itu, beban kerja sopir yang terlalu berat juga menjadi masalah serius. Sopir truk atau bus seringkali dipaksa bekerja dalam waktu yang sangat panjang, tanpa istirahat yang cukup. Kelelahan fisik dan mental jelas meningkatkan risiko kecelakaan. Namun, seolah tidak ada yang peduli. Perusahaan transportasi lebih memikirkan keuntungan daripada keselamatan sopir dan penumpang. Di sisi lain, mekanisme pengaturan kendaraan di jalan tol juga seringkali tidak optimal. Padatnya arus kendaraan, minimnya rambu-rambu peringatan, dan kurangnya pengawasan membuat jalan tol menjadi medan yang rawan kecelakaan.

ADVERTISMENTS
Berita Lainnya:
Dengarkan Sejenak Anjing Menggonggong

Lemahnya Regulasi dan Pengawasan: Negara yang Tak Hadir

Masalah lain yang tak kalah serius adalah lemahnya regulasi keselamatan transportasi. Aturan-aturan yang ada seringkali tidak ditegakkan dengan baik. Pengawasan terhadap kendaraan dan sopir pun terkesan setengah hati. Misalnya, berapa sering kita melihat operasi pemeriksaan kendaraan dilakukan secara rutin dan menyeluruh? Atau berapa banyak sopir yang benar-benar diuji kompetensinya sebelum mendapatkan SIM? Semua ini menunjukkan betapa negara abai dalam menjalankan fungsinya sebagai penjamin keselamatan publik.

Penegakan hukum yang lemah juga turut memperparah situasi. Pelanggaran lalu lintas seringkali dibiarkan, kecuali jika sudah menimbulkan korban. Bahkan, ketika kecelakaan terjadi, proses hukum yang dijalankan seringkali tidak memberikan efek jera. Akibatnya, budaya disiplin dalam berkendara sulit terbentuk. Semua ini adalah cerminan dari sistem kapitalisme yang menjadikan negara hanya sebagai operator dan fasilitator, bukan sebagai pelindung rakyat. Dalam sistem ini, keselamatan seringkali dikorbankan demi efisiensi dan keuntungan ekonomi.

Islam: Jalan sebagai Kebutuhan Publik yang Harus Dijaga

Islam memandang jalan sebagai kebutuhan publik yang memiliki peran vital dalam kehidupan masyarakat. Jalan bukan sekadar infrastruktur fisik, melainkan sarana yang menghubungkan manusia dengan berbagai aktivitas sosial, ekonomi, dan ibadah. Karena itu, Islam menekankan pentingnya perhatian khusus terhadap jalan. Perbaikan jalan harus dilakukan secara berkala untuk mencegah kerusakan yang bisa membahayakan pengguna. Pengecekan kelayakan jalan bagi kendaraan yang melintas juga harus dilakukan secara rutin. Ini bukan sekadar anjuran, melainkan kewajiban yang harus dipenuhi oleh negara.

Selain itu, Islam juga menekankan pentingnya memastikan bahwa pengemudi memenuhi semua syarat yang berlaku. Mulai dari kompetensi mengemudi, pengetahuan tentang kendaraan, hingga kondisi fisik dan mental yang prima. Beban kerja sopir juga harus diatur sedemikian rupa agar tidak membahayakan keselamatan dirinya dan orang lain. Semua ini dilakukan demi menjamin keamanan dan kenyamanan publik.

Berita Lainnya:
Siapa Berani Menjadi Direksi Bank Aceh?

Negara sebagai Pelayan Rakyat: Solusi yang Islam Tawarkan

Dalam pandangan Islam, negara bukan sekadar operator atau fasilitator, melainkan pelayan rakyat yang bertanggung jawab atas kesejahteraan dan keselamatan warganya. Negara harus hadir secara aktif dalam mengatur dan mengawasi segala aspek yang berkaitan dengan transportasi. Mulai dari proses pemberian SIM, pengawasan kendaraan, hingga penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran. Negara juga harus memastikan bahwa para sopir mendapatkan hak-hak mereka, termasuk upah yang layak dan beban kerja yang manusiawi.

Dengan sistem seperti ini, semua masalah yang menyebabkan kecelakaan berulang dapat diatasi dengan lebih mudah. Negara tidak akan membiarkan perusahaan transportasi mengeksploitasi sopir demi keuntungan semata. Negara juga tidak akan membiarkan jalan-jalan rusak atau kendaraan tidak layak jalan tetap beroperasi. Semua ini dilakukan karena negara memahami bahwa keselamatan rakyat adalah tanggung jawab utama yang tidak bisa ditawar.

Kesimpulan: Saatnya Negara Hadir untuk Keselamatan Rakyat

Kecelakaan berulang di jalan tol adalah bukti nyata bahwa negara telah abai terhadap jaminan keselamatan warganya. Lemahnya regulasi, pengawasan, dan penegakan hukum telah menciptakan sistem transportasi yang rawan kecelakaan. Namun, semua ini bukanlah takdir yang harus kita terima. Islam menawarkan solusi yang jelas: negara harus hadir sebagai pelayan rakyat yang bertanggung jawab atas keselamatan dan kesejahteraan warganya.

Dengan sistem yang berbasis pada prinsip-prinsip Islam, semua masalah transportasi dapat diatasi dengan lebih efektif. Mulai dari perbaikan infrastruktur, pengawasan ketat terhadap kendaraan dan sopir, hingga penegakan hukum yang tegas. Semua ini dilakukan demi menjamin keselamatan dan kenyamanan publik. Saatnya negara hadir untuk rakyat, bukan untuk kepentingan segelintir orang. Saatnya kita menuntut perubahan, karena keselamatan kita adalah harga mati yang tidak bisa dikompromikan.

Wallahu’alam bish shawab

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

ADVERTISMENTS