Penulis: Buni Yani
KINI pidato Prabowo itu seperti self-fulfilling prophecy—ramalan yang menjadi kenyataan—setelah dia menjadi presiden. Tanda-tanda ke arah Indonesia bubar semakin nyata dan tidak terelakkan. Semakin hari tanda-tanda itu semakin meresahkan banyak kalangan yang akhirnya melahirkan demo Indonesia Gelap.
Tujuh tahun lalu, ketika Prabowo berpidato secara berapi-api bahwa Indonesia akan bubar pada tahun 2030, Jokowi menertawakannya. Entah tertawa Jokowi itu sebentuk sikap ngenyek, meremehkan, atau apa, tidak ada yang tahu. Tetapi dua tahun kemudian, pasca Pemilu 2019, Prabowo akhirnya bergabung dengan pemerintahan Jokowi.
Mungkin Jokowi tahu betul kepribadian orang seperti Prabowo sehingga dia berani tertawa. Jokowi dengan sikap liciknya yang sampai tulang sum-sum akhirnya berhasil menundukkan tokoh yang oleh para pengagumnya itu diberi gelar “macan Asia”. Mungkin ketika itu Jokowi dalam hati membatin: tunggu tanggal mainnya, ente belum tahu siapa saya. Makanya dia berani tertawa.
Ketika Prabowo berpidato mengenai bubarnya Indonesia pada tahun 2030—atau lima tahun lagi dari sekarang, atau satu tahun setelah Pemilu 2029—publik heboh. Media sosial riuh. Hampir semua media memberitakannya. Prabowo mengatakan sudah ada kajian dari negara-negara asing bahwa nasib Indonesia sudah selesai pada tahun 2030. Indonesia hanya tinggal nama.
Mengapa Indonesia bisa bubar? Prabowo, seperti biasa, dengan pidato yang berapi-api dan bernada patriotis mengatakan sumber masalahnya adalah ketidakpedulian para elit. Elit tidak ada yang peduli dengan 80 persen tanah Indonesia yang dikuasai oleh 1 persen orang-orang super kaya—yang sebagian besar adalah etnis Cina. Begitupun ketika kekayaan yang berlimpah itu dilarikan ke luar negeri, para elit itu seolah tutup mata. Para elit asyik bermewah-mewahan meskipun rakyat banyak menderita.
“Elit kita ini merasa bahwa 80 persen tanah seluruh negara dikuasai 1 persen rakyat kita, tidak apa-apa. Bahwa hampir seluruh aset dikuasai 1 persen, tidak apa-apa. Bahwa sebagian besar kekayaan kita diambil ke luar negeri, tidak tinggal di Indonesia, tidak apa-apa. Ini yang merusak bangsa kita, saudara-saudara,” kata Prabowo berapi-api.