Menu MBG Ramadhan Diganti Roti dan Energen, Ahli Gizi: Makin Jauh dari Sehat
EDUKASI
EDUKASI

Menu MBG Ramadhan Diganti Roti dan Energen, Ahli Gizi: Makin Jauh dari Sehat

ADVERTISMENTS
Iklan Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H dari Bank Aceh Syariah
image_pdfimage_print

BANDA ACEH – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diperuntukkan bagi siswa sekolah kini menuai sorotan setelah menu yang diberikan saat Ramadan diganti menjadi roti dan produk Mayora, Energen berupa sereal instan.Perubahan ini dianggap semakin menjauh dari prinsip gizi seimbang, terutama karena didominasi oleh produk ultraproses atau ultra processed food (UPF).

ADVERTISMENTS

Dokter sekaligus ahli gizi masyarakat, dr. Tan Shot Yen, menyoroti meskipun makanan tersebut mungkin mencukupi kebutuhan energi, namun bukan berarti menyehatkan.

“Soal cukup atau tidak, yang pasti ini bukan gizi seimbang yang sehat karena didominasi produk ultraproses,” ujar dr. Tan kepada Inilah.com, Jakarta, Senin (10/3/2025).

ADVERTISMENTS

Lebih lanjut, ia menjelaskan produk ultraproses seperti roti dan sereal instan tidak bisa dikategorikan sebagai pangan berkualitas jika suatu negara masih memiliki banyak sumber pangan utuh yang lebih sehat.

Berita Lainnya:
Aktivis Siap Geruduk UGM Tagih Keaslian Ijazah Jokowi

“Produk ultraproses tidak pernah disebut pangan berkualitas jika di negara tersebut masih banyak pangan utuh yang lebih sehat,” katanya.

ADVERTISMENTS

Lantas apa menu makanan MBG yang ideal apabila ditujukan untuk para peserta didik yang berpuasa? dr. Tan mengatakan, apabila pertimbangannya untuk berbuka saja, kurma dan air sudah cukup dan menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan makanan atau minuman instan.

“Kan sunnah Nabi hanya kurma dan air. Jika makanan seperti biasa, dan dibiarkan lebih dari dua jam dalam suhu 5-60°C, risiko pertumbuhan bakteri meningkat,” papar dr. Tan.

Berita Lainnya:
UGM Jangan Jadi Bumper Jokowi!

Sebelumnya, dr. Tan menyoroti implementasi MBG di lapangan yang masih menghadapi kendala, termasuk dalam menjaga keamanan pangan sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Salah satu persoalan utama adalah durasi penyimpanan makanan sebelum dikonsumsi. dr. Tan menyampaikan berdasarkan data, makanan dalam program MBG dimasak sejak pukul 04.30 pagi, namun baru dikirim ke sekolah dalam beberapa kloter, dengan kloter terakhir bisa mencapai pukul 12.00 siang.

Padahal, standar WHO menyebutkan, makanan harus disimpan pada suhu aman, yaitu di bawah 5°C atau di atas 60°C, agar tidak menjadi tempat berkembangnya mikroba berbahaya.

ADVERTISMENTS
Selamat & Sukses dr. Elfina Rachmi atas pengukuhan sebagai Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Persahabatan
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

ADVERTISMENTS