Apa Yang Palsu: Giginya atau Ijazahnya?
OPINI
OPINI

Apa Yang Palsu: Giginya atau Ijazahnya?

ADVERTISMENTS
Iklan Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H dari Bank Aceh Syariah
image_pdfimage_print

Penulis: Ali Syarief**

ADVERTISMENTS

KONON, gigi adalah jendela kepribadian. Maka tak heran bila di negara ini, kita bisa membaca banyak hal hanya dari deretan enamel di balik senyuman seorang pemimpin.

Mari kita bicara soal hal serius: gigi.

ADVERTISMENTS

Dalam foto ijazah sarjana yang disebut-sebut sebagai milik Presiden Jokowi—yang belakangan ramai dibicarakan karena diduga palsu—terpampang wajah muda seorang pria dengan senyum manis dan gigi yang begitu rapi, layaknya hasil kerja orthodontist kelas dunia. Sungguh, sebaris gigi yang bisa membuat model pasta gigi iri hati.

Tapi kemudian, mari kita tatap senyum Pak Jokowi hari ini, dalam balutan jas kepresidenan. Apa yang kita lihat? Gingsul. Gigi menyelip ke depan dengan anggun, khas dan menawan, hingga bisa membuat Soimah minder. Bedanya, Soimah rela membayar ratusan juta untuk menghilangkan gingsulnya. Jokowi? Entah bagaimana, dari gigi super rapi di usia muda, kini tampil dengan gingsul yang menyembul penuh percaya diri.

ADVERTISMENTS
Berita Lainnya:
Buntut Persoalkan Keaslian Ijazah Jokowi, Rismon Sianipar Sudah Dua Kali Alami Teror

Pertanyaannya sederhana, kenapa?

Apakah ini semacam proses “reverse aesthetic dentistry”? Atau mungkin Jokowi ingin menekankan ke-rakyat-an dengan menanamkan nilai-nilai kearifan lokal dalam giginya? Atau mungkin, gigi rapi adalah tanda kemapanan terlalu dini yang tak sesuai narasi “anak tukang kayu,” dan karena itu harus dikoreksi?

Atau… barangkali justru kita semua yang terlalu jahat, terlalu curiga, terlalu sinis. Mungkin ini hanya keajaiban evolusi: gigi bisa berubah arah sesuai kebutuhan Politik. Sebuah proses adaptasi biologis yang belum pernah dikaji dalam jurnal ilmiah, tapi sangat nyata di hadapan kita.

Berita Lainnya:
Banjir Berulangkali Terjadi, Indonesia Minim Mitigasi

Ya, tentu saja kita harus adil. Banyak hal bisa berubah seiring waktu—rambut memutih, kulit berkerut, bahkan prinsip bisa fleksibel. Tapi gigi? Yang dulu rapi lalu jadi gingsul? Itu bukan penuaan biasa, kawan. Itu seni.

Maka mari kita akhiri dengan sebuah refleksi mendalam: siapa yang sebenarnya palsu, ijazahnya atau senyumnya? Dan mana yang lebih penting—keaslian gigi, atau keaslian kepemimpinan?

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

ADVERTISMENTS