BANDA ACEH – Sebanyak 205 wak kapal perang Fregat Yunani kabur dari Laut Merah yang merupakan lokasi penugasannya.Setalah kembali dari Laut Merah, 205 awak kapal perang Fregat Yunani diterima langsung oleh Panglima Angkatan Laut Yunani.
Angkatan Laut Yunani menyayangkan keputusan 205 awak kapal perang tersebut yang meminta untuk segera keluar dari Laut Merah dan kembali ke pangkalannya.
Pihak Angkatan Laut Yunani mengatakan akan mencatat semua laopran yang diberikan oleh awak kapal tersebut.
Kapal Tempur Fregat sendiri merupakan kapal yang dikirmkan oleh Angkatan Laut Yunani sejak 26 Februari lalu untuk memberikan perlindungan pada kapal komersial atas serangan Houthi di Laut Merah.
Kapal tersebut juga disebutkan sempat melakukan pertempuran dengan Houthi dalam menghadapi serangan drone pada Kamis minggu lalu.
Fregat sempat melepaskan tembakan meriamnya untuk melumpuhkan drone Houthi dalam melindungi kapal komersial.
Dari laporan media Yunani, awak kapal Fregat menuliskan surat pengunduran diri mereka satu persatu.
Dalam laporan tersebut tercatat bahwa awak kapal mengatakan dengan meninggalkan dari Laut Merah meraka keluar dari neraka.
Para awak menuliskan jika penugasan di Laut Merah merupakan penugasan paling berbahaya dan dianggap sebagai misi bunuh diri.
Hal tersebut tak lepas dari kondisi Fregat yang merupakan kapal tua dan tidak ada peralatan canggih dalam mendukung operasi di Laut Merah.
Fregat disebutkan berlayar di Laut Merah tanpa adanya pelindung anti-drone.
Dikatakan bahwa drone musuh yang terus-menerus terbang di atas Fregat dan tidak mampu di hadapi oleh meriam Phalanx yang sudah using.
Para awak juga menggunakan senjata mereka untuk menembak jatuh drone dan mengatakan jika mereka seperti sedang berburu di tengah lautan ‘hitam’.
Bahkan menurut salah satu pengakuan, mereka bahkan telah mencapai titik, di mana menganggap bintang adalah drone Houthi.
Disebutkan bahwa salah satu drone Houthi berhasil meledak disamping kapal dan menyebabkan guncangan yang besar.
Atas kejadian tersebut, sepuluh awak kapal meminta agar mereka segera dipulangkan dan kemudian Fregat tersebut berlayar ke pelabuhan Djibouti.
Akibat permintaan dari awak kapal, akhirnya Fregat pada 10 Juni memutuskan pulang ke pangkalan dan lebih cepat dari jadwal yang seharusnya pada akhir Juli.