NASIONAL
NASIONAL

Kritik Kenaikan Pertamax, Ekonom: Pertamina Sudah Untung Rp 15,3 T saat Harga Minyak Dunia Turun

image_pdfimage_print

GELORA.CO -Kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) umum RON 92 atau Pertamax seharusnya tak dilakukan pemerintah. Sebab, Pertamina sudah untung besar saat menahan harga Pertamax sebesar Rp 9 ribu di tengah harga minyak dunia yang turun.

ADVERTISEMENTS
Selamat Hari Guru Nasional

“Idealnya kenaikan Pertamax masih bisa ditahan. Pada saat harga minyak turun di kisaran 20 dolar AS per barel pada 2020, harga Pertamax tidak diturunkan,” ujar Direktur Center of Economic and Law Studie (Celios), Bhima Yudhistira saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL Sabtu (2/4).

Berita Lainnya:
Yandri soal Makan Bergizi Gratis: Jangan Sampai Desa Hanya Jadi Penonton
ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

Menurut Bhima, meski kenaikan Pertamax sebesar Rp 12.500 per liter, atau di bawah rencana awal sampai Rp 16 ribu, tetap saja kenaikan tersebut akan memberatkan ekonomi masyarakat menengah.

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Mengucapkan Selamat Hari Pahlawan 10 November 2024

“Mereka akan terpaksa turun kelas ke Pertalite. Migrasi ini bisa akibatkan gangguan pada pasokan Pertalite, yang berujung kelangkaan di SPBU,” tuturnya.

Berita Lainnya:
Bekas Dirjen Perkeretaapian Kemenhub jadi Tersangka Korupsi

Padahal menurut Bhima, dengan keuntungan besar yang pernah didapat Pertamina saat harga minyak dunia turun bisa menutup selisih harga kenaikan yang ditetapkan. Sehingga masyarakat kelas menengah tak harus bermigrasi ke Pertalite.

“Pertamina bahkan tercatat membukukan untung sebesar Rp 15,3 triliun pada periode yang sama (2020). Artinya, kompensasi masyarakat membayar Pertamax saat itu bisa digunakan untuk menahan selisih harga keekonomian dan harga jual 9 ribu per liter,” demikian Bhima.


Reaksi & Komentar

Berita Lainnya