Perang Ukraina dan Rusia menyebabkan dunia menghadapi bencana kemanusiaan yang menyebabkan melonjaknya harga pangan.
Presiden Bank Dunia, David Malpass mengkonfirmasi hal tersebut. Melonjaknya harga dikarenakan sanksi Rusia ke Ukraina.
Kenaikan harga akan memengaruhi harga makanan dari minyak, biji – bijian, jagung, dan gandum.
Krisis ketahanan pangan saat ini akan berlangsung selama beberapa bulan hingga tahun depan.
Perdana Menteri Irlandia Michael Martin mengatakan bahwa Putin berniat untuk menyebabkan ketidakstabilan internasional.
Si Presiden Rusia disebut menargetkan gudang biji – bijian. Lahan biji – bijian di Ukraiana telah diratakan dengan tujuan untuk membuat krisis pangan dan energi.
Martin mengatakan bahwa Putin ingin menciptakan krisis pangan sebagai bagian dari kejahatan terhadap kemanusiaan.
Malpass mengatakan, “Ini adalah bencana manusia yang saat ini sedang terjadi dan mengakibatkan nutrisi mengalami penurunan. Tapi akan menjadi tantangan politik bagi pemerintah yang tidak bisa berbuat apa pun dan harga akan tetap naik.”
Malpass akan meningkatkan pasokan pupuk dan makanan di seluruh dunia, selain membantu orang miskin.
Krisis utang saat ini masih menjadi topik diskusi ekstensif pada pertemuan Bank Dunia dengan Dana Moneter Internasional (IMF) pada minggu ini.
Kepala Bank Dunia memperingatkan tentang krisis yang timbul dari ketidakmampuan negara berkembang untuk membayar utang pandemi yang besar di tengah kenaikan harga pangan dan energi.
Ini adalah prospek yang terjadi di beberapa negara, sebanyak 60% negara miskin saat ini masih mengalami kesulitan ekonomi dan masih terjerat utang.
“Kita harus khawatir dengan krisis utang, hal yang terbaik harus dilakukan adalah bertindak dari sekarang untuk mengurangi beban utang, semakin lama menunda, semakin buruk,” kata Kepala Bank Dunia.
Negara di seluruh dunia menumpuk utang untuk melindungi ekonomi dari merosotnya perekonomian akibat pandemi virus corona.
IMF memperkirakan bahwa utang pemerintah di negara berpenghasilan rendah akan melampui 50% dari produk dosmetik bruto dari output ekonomi pada tahun ini.
IMF juga memperkirakan bahwa harga konsumen akan melonjak 8,7% tahun ini di pasar negara berkembang dan 5,7% di negara maju sejak 1984.***