GAYO LUES – Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Alhudri, melalui Kepala UPTD Tekkomdik, Teuku Fahriyal, mengatakan kemampuan digital guru harus lebih baik dari para siswa. Gurulah yang memberikan pemahaman positif bagi siswa untuk masuk dan berseluncur di dunia maya secara arif dan bijak.
“Pemahaman inilah yang harus ditanamkan saat ini. Terutama untuk menjaga agar budaya kita tidak terus tergerus oleh budaya digital,” kata Fahriyal di sela-sela acara Pelatihan Si Jempol di Kantor Cabang Dinas Pendidikan Aceh Wilayah Gayo Lues, Selasa, 18 Juli 2023.
Fahriyal mengatakan pemahaman di era revolusi industri 4.0 seharusnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang sebesar-besarnya. Terutama dalam mengembangkan kemampuan untuk memahami dan memanfaatkan data secara efektif.
Para siswa juga perlu diajarkan untuk memahami cara kerja teknologi dan pembelajaran. Namun itu semua memerlukan pendampingan guru. Khususnya kemampuan literasi teknologi digital yang dapat menunjang kemampuan siswa, seperti lewat mobile learning, media sosia, game, pembelajaran elektronik berbasis awan (cloud) dan virtual learning.
Fahriyal mengatakan kemajuan teknologi tidak dapat dihempang. Yang dapat dilakukan adalah dengan mempersiapkan guru agar tidak gagap terhadap perkembangan teknologi. Apalagi, setelah pandemi Covid-19, kebutuhan terhadap digitalisasi dunia pendidikan berkembang sangat pesat.
Saat ini, kata Fahriyal, UPTD Tekkomdik Dinas Pendidikan Aceh menyusun platform media pembelajaran berbasis digital. Sistem ini dinamai Sijempol Aceh. Platform ini diadopsi dari platform sejenis yang dikembangkan oleh Pusdatin di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
“Tanpa mempersiapkan guru, program ini tidak bakal menelurkan hasil yang baik. Karena itu, pelatihan sejenis akan terus dilaksanakan. Sehingga kemampuan digital guru di Aceh terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dunia pendidikan,” kata Fahriyal.
Pada tempat dan waktu yang sama, Tekkomdik Aceh juga menggelar pelatihan sejenis yang dikhususkan bagi pelajar di Gayo Lues bertajuk Pelatihan Digital Culture. Dua kegiatan ini diisi oleh narasumber yang berasal dari kalangan akademisi dan praktisi digital.[]