INTERNASIONALTIMUR TENGAH

Sosok Muhammad Deif Komandan Hamas yang Pimpin Operasi Badai Al-Aqsa ke Israel

image_pdfimage_print

BANDA ACEH – SERANGAN kelompok Hamas Palestina ke Israel pada Sabtu, (7/10/2023) memicu eskalasi kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya antara kedua belah pihak. Korban jiwa pada Senin, (9/10/2023), dilaporkan telah mencapai lebih dari 1.200 orang dengan ribuan lainnya luka-luka.

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

Hamas dan kelompok yang lebih kecil bernama Jihad Islam juga telah menahan lebih dari 130 orang dari dalam wilayah Israel dan membawa mereka ke Gaza, untuk menukar mereka dengan pembebasan ribuan warga Palestina yang dipenjarakan oleh Israel.

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Mengucapkan Selamat Hari Pahlawan 10 November 2024

Menurut Associated Press, Mohammed Deif, pemimpin sayap militer Hamas, mengatakan “Operasi Badai Al-Aqsa” adalah respons terhadap “blokade 16 tahun di Gaza, pendudukan Israel dan serangkaian insiden baru-baru ini yang telah membawa dampak buruk bagi Israel.” Ketegangan Israel-Palestina mencapai puncaknya”. Namun, tidak banyak yang diketahui tentang sosok Deif, yang banyak bergerak di balik bayangan dengan nama alias “Sang Tamu”.

ADVERTISEMENTS
Memperingati 96 Tahun Sumpah Pemuda dari Bank Aceh Syariah

Siapa Muhammad Deif?

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Pelantikan Ketua DPRA, Wakil Ketua I DPRA dan Wakil Ketua II DPRA

Dilansir dari Financial Times, Deif dilahirkan di kamp pengungsi Khan Younis, Gaza pada 1960-an dengan nama Mohammed Diab Ibrahim al-Masri. Dia memegang posisi kepala sayap militer Hamas sejak 2002.

ADVERTISEMENTS
Pertemuan Tahunan Perbankan Syariah 2024

Pada saat itu, Gaza berada di bawah kendali Mesir sebelum kemudian dikuasai Israel antara 1967 hingga 2005. Wilayah itu berada di bawah kendali Otoritas Palestina hingga 2007 saat Hamas mengambil alih kekuasaan di Gaza.

Berita Lainnya:
100.000 Orang Terjebak di Gaza Utara
ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Santri Nasional

Hamas didirikan pada akhir 1980-an, sesaat setelah dimulainya Intifada Palestina pertama melawan Israel di Tepi Barat dan Gaza. Saat Intifada pertama itu, Deif baru berusia 20-an tahun dan telah ikut dalam upaya perlawanan Palestina.

Deif sempat dipenjarakan oleh Israel, yang menganggapnya bertanggung jawab atas kematian puluhan orang dalam serangan bom bunuh diri, termasuk gelombang pada 1996 yang menewaskan lebih dari 50 warga sipil.

Pengeboman ini merupakan respons terhadap Perjanjian Damai Oslo yang ditandatangani pada awal tahun 1990-an antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), badan yang mewakili sebagian besar warga Palestina. Perjanjian tersebut bertujuan untuk mewujudkan penentuan nasib sendiri bagi Palestina, dalam bentuk negara Palestina berdampingan dengan Israel.

baca juga:

Apakah Hamas Juga Termasuk Tentara Palestina?

Hamas menentangnya dengan alasan bahwa dalam perang Arab-Israel tahun 1948, Israel menguasai wilayah Palestina. Perjanjian tersebut, menurut mereka, secara efektif berarti hilangnya wilayah bagi Palestina.

Menurut laporan Financial Times, Deif adalah seorang ahli bom yang pernah belajar di bawah bimbingan Yahya Ayyash, seorang pembuat bom Hamas yang berjuluk “Insinyur”. Ayyash tewas dibunuh Israel pada 1996 dengan ledakan bom yang tersimpang dalam ponsel.

Berita Lainnya:
Ternyata Ini Penyebab Nicke Widyawati Dicopot Sebagai Dirut Pertamina, Padahal Baru Rapat Sama Prabowo di Istana

Deif selanjutnya terlibat dalam Brigade Qassam, sayap militer Hamas.

Bahkan sebelum menjabat sebagai komandan Berigade Qassam pada 2002, nama Deif telah masuk dalam daftar buronan “paling dicari” Israel selama bertahun-tahun. Dia juga beberapa kali lolos dari upaya pembunuhan oleh tentara Zionis.

Pada 2002, saat dia mengambil alih komando Brigade Qassam, sebuah helikopter Israel menembakkan rudal ke sebuah mobil dekat Kota Gaza untuk mengincar nyawanya. Serangan tersebut menewaskan dua anggota Hamas dan melukai setidaknya 40 orang lainnya, termasuk 15 anak-anak.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat telah menetapkan Deif sebagai teroris, menyebutnya sebagai tokoh yang bertanggung jawab atas setragedi ofensif Hamas.

Pada 2014, kembali melancarkan upaya pembunuhan Deif dengan serangan yang ditargetkan ke sebuah rumah. Serangan itu diyakini telah membunuh istri dan putra Deif yang berusia tujuh bulan.

Sejumlah upaya pembunuhan yang gagal itu membangun reputasi Deif sebagai seorang legenda “yang tak bisa dibunuh”. Bahkan dia mendapat julukan “Kucing 9 Nyawa” karena selalu lolos dari upaya untuk nyawanya.

Banyaknya upaya pembunuhan membuat dia harus duduk di kursi roda setelah kehilangan satu lengan dan kakinya, menurut Financial Times, sementara organisasi lain mengklaim dia juga kehilangan satu matanya.

1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya