MESKI masih mengantongi KTA PDIP, Bobby Afif Nasution (Banas) telah berulang kali mengumumkan sikap Politik secara terbuka. Banas tegas menyatakan dukungan kepada kakak iparnya yang tidak dicalonkan PDIP. “Saya akan ikut relawan saya”, ujar Banas pada saat acara peletakan batu pertama pembangunan patung mertuanya di kabupaten Karo, Sumatera Utara, Sabtu (4/11/2023). Sikap tersebut berbeda dengan PDIP yang mencalonkan pasangan Ganjar- Mahfud (GaMa). Namun meski tidak sejalan (lagi) dengan PDIP, Banas juga ikut diam seperti kakak iparnya, tidak mundur atau serahkan KTA.
Keduanya tidak gentelemen mundur sebagai kader PDIP, tidak kesatria mengembalikan KTA. Sementara elit PDIP, baik pengurus DPP, Anggota DPR RI, maupun para kader, hanya sibuk curhat, hingga terkesan cengeng pasca kedua kader yang diperlakukan istimewa tersebut, ternyata tidak setia. PDIP tetap saja tidak berani memberi sanksi tegas kepada Gibran dan Banas. Seakan jika keduanya dipecat akan mempengaruhi persepsi publik kepada PDIP. Elit PDIP masih berharap keduanya memiliki etika politik, untuk mundur dan kembalikan KTA, sementara keduanya sama sekali tidak peduli etika dan moral politik.
Banas Bakal Bertarung di Pilgubsu
Banas dikabarkan akan mengikuti langkah kesusu kakak iparnya, maju di Pilkada serentak 2024, jadi bakal calon gubernur Sumatera Utara (Cagubsu). Maka Banas sengaja tidak mundur dari PDIP untuk menghindari sanksi sosial diberi label penghianat partai, atau kutu loncat. Banas lebih memilih dipecat oleh PDIP, agar pemecatannya dapat dikapitalisasi menjadi kekuatan orang yang dizalimi. Sementara PDIP makin galau, meratapi kepergian kader instan, sedang Banas terus bergerak. Kegiatan rembuk relawan Banas yang baru digelar bulan lalu menegaskan langkah politik Banas selanjutnya. Roadshow Banas ke sejumlah kota, membentuk posko Rumah Kolaborasi Bobby Nasution (RKBN), menjadi pertanda, jadi Cagubsu target berikutnya.
Banas terpilih menjadi walikota Medan bukan karena Banas dikenal atau karena memiliki pengaruh politik. Sebab Banas baru dikenal masyarakat Medan, Sumatera Utara (Sumut) pasca menikahi putri Jokowi. Banas sama sekali tidak memiliki riwayat aktif di organisasi baik sekolah, kampus, maupun masyarakat. Banas juga bukan aktivis atau tokoh pemuda, pun tokoh masyarakat, serta tidak memiliki basis massa. Jika saat ini ada klaim Banas memiliki relawan, maka kelompok tersebut bukan relawan yang tumbuh secara alamiah, seperti relawan Jokowi mula- mula. Satu- satunya alasan Banas terpilih jadi walikota Medan karena dia menantu Jokowi, bukan karena diri sendiri.
Acara rembuk relawan Banas yang digelar baru- baru ini sama sekali tidak mewakili dukungan riil masyarakat. Ironisnya, seluruh energi rembuk relawan tersebut justru diserap oleh Roida yang berhasil menarik perhatian publik lewat aksi lempar sendal dan botol air mineral ke arah rombongan Jokowi. Akhirnya publik tidak mendapat asupan gizi informasi terkait rembuk relawan tersebut, sebab media lebih tertarik membahas tentang aksi Roida. Meski diklaim sukses karena dihadiri ribuan orang, namun pesan rembuk relawan tersebut tidak sampai karena telah diambil seluruhnya oleh Roida.
Klaim Memiliki Banyak Relawan
Satu- satunya hal yang dicontoh Banas dari mertuanya adalah suka membentuk relawan, sehingga di berbagai kesempatan Banas sering menyebut relawan saya. Jumlahnya kini diklaim telah mencapai ratusan kelompok, baik relawan baru, maupun bekas relawan Jokowi. Namun relawan tersebut tidak solid dan sangat cair, sebab banyak yang kecewa, karena sang mantu ternyata berbeda dengan mertua. Para relawan yang ikut berjuang saat Pilkada banyak yang membubarkan diri, karena yang didukung jauh dari ekspektasi. Kelompok relawan yang berjuang karena nama mertua pun, akhirnya kecewa, sebab komunikasi kini tidak mudah.
Meski diklaim memiliki banyak relawan, kemenangan Banas di Pilkada 2020 merupakan hasil kerja keras PDIP bersama partai pengusung lain dan para relawan Jokowi. Sebab kemenangan Banas menjadi beban dan tanggung jawab PDIP, sebagai pemilik KTA PDIP dan menantu Jokowi. Maka jika ada partai lain maupun relawan Banas yang mengaku bekerja lebih keras dari PDIP, itu adalah klaim. PDIP berhak menyatakan dirinya sebagai parpol utama pendukung Banas, yang berhasil mengantar Banas menjadi walikota Medan, seperti berjuang memenangkan Jokowi dalam 2 kali Pilpres di Sumut.