BANDA ACEH – Politikus dan ekonom Rizal Ramli meninggal dunia di Rumah Sakit (RS) Cipto Mangunkusumo malam ini, Selasa (2/1/2024). Berdasarkan informasi yang dihimpun, Rizal menghela napas terakhirnya malam ini pada pukul 19.30 WIB.
“Bang Rizal Ramli meninggal dunia, tadi pukul 19.30 di RSCM. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun,” demikian bunyi pesan yang dikutip Bisnis, Selasa (2/1/2024).
Rizal Ramli dikenal vokal saat menjabat Kepala Bulog dan Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Menko Ekuin) era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Bahkan, hingga Rizal di luar lingkaran pemerintahan, kritik pedasnya terhadap kebijakan di setiap rezim tetap dilakukan, khususnya di sektor ekonomi.
Kritik Rizal terhadap kebijakan sektor ekonomi bukanlah ‘tong kosong’ belaka, sejumlah capaian mentereng melekat padanya.
Pada masa kepemimpinan Presiden Abdurrachman Wahid (Gus Dur) yaitu tahun 1999-2001, produk domestik bruto (PDB) mengalami pertumbuhan signifikan sekaligus suskes menurunkan utang luar negeri.
Rizal bercerita bahwa pada saat itu, stimulus ekonomi hanya menyasar pada golongan menengah ke bawah atau bukan ke korporasi yang merupakan golongan menengah ke atas.
“Salah satu contohnya pada waktu itu yang kami lakukan saat itu, kami menaikkan gaji pegawai negeri sipil, TNI, dan pensiunan sampai 125 persen dalam waktu 21 bulan, belum pernah terjadi sebelumnya. Akibatnya, golongan menengah ke bawah ini punya uang tunai 99 persen mereka belanjakan ke sektor retail,” ujar Rizal dalam sebuah diskusi di Jakarta, Senin (29/6/2020).
Pada zaman Presiden Habibie, sambungnya, ada utang Kredit Usaha Tani yang macet Rp26 triliun berhasil diselesaikan dengan cara yang kreatif.
Rizal mengaku meminta Gus Dur untuk menghapuskan utang tersebut. Pasalnya, dia menilai para petani yang terlilit utang tidak akan mampu mengembalikan pinjaman dan penyertaan lahan sawah bukanlah solusi.
“Waktu itu, Presiden Gus Dur tanya uangnya dari mana? Saya jawab aja, itu urusan saya nanti cari duitnya dari mana dan akhirnya beres, petani tidak dikejar-kejar utang dan bisa tetap berproduksi,” ujar Rizal.
Untuk diketahui, Analis Pergerakan Kedaulatan Rakyat, Gede Sandra menyampaikan bahwa pada era kepemimpinan Gus Dur, posisi utang luar negeri Indonesia turun US$3,2 miliar per tahun dan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) naik 4,2 persen dari yang semula minus 1, 7 persen.
“Posisi utang luar negeri Indonesia sejak akhir masa kepemimpinan Presiden Suharto terus mengalami kenaikan, kecuali pada masa Habibie dan Gus Dur yang sempat mengalami penurunan,” ujarnya dalam acara yang sama.
Seperti diketahui, Gus Dur mengeluarkan dekret yang pada akhirnya justru membuat dirinya terguling dari kursi Presiden ke-4 RI.
Ada tiga poin besar dalam dekret yang dikeluarkan Gus Dur. Pertama , membekukan DPR-MPR.
Kedua , mengembalikan pelestarian ke tangan rakyat dan mengambil tindakan serta menyusun badan untuk penyelenggaraan pemilihan umum dalam waktu setahun.
Ketiga , menyelamatkan gerakan reformasi total dari hambatan unsur-unsur Orde Baru dengan cara membekukan Partai Golongan Karya (Golkar) sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung.
Seperti diketahui pemerintahan Gus Dur dimulai pada tanggal 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001.
Tepat tanggal 23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR.