Jumat, 15/11/2024 - 08:47 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

OPINI
OPINI

Muhaimin Iskandar, Boy Thohir, dan Perlawanan atas Intoleransi Ekonomi

image_pdfimage_print

Penulis: DR. Syahganda Nainggolan**

ADVERTISEMENTS
Kartu ATM di Rumah, Action Mobile di Tangan

MUHAIMIN Iskandar telah menyatakan perang terhadap intoleransi ekonomi pada kampanyenya di Bali kemarin. Di hari sebelumnya, Muhaimin Iskandar menyatakan hal yang serupa bahwa dia tidak takut dengan Boy Thohir yang mengklaim konglomerat akan mendukung Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024.

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh Syariah Mengucapkan Selamat Hari Pahlawan 10 November 2024

Muhaimin yakin bahwa Indonesia akan berhasil dalam perjuangan menegakkan keadilan dengan ideologi perjuangan yang sosialistik.

ADVERTISEMENTS
Memperingati 96 Tahun Sumpah Pemuda dari Bank Aceh Syariah

Pernyataan Muhaimin tentang kejahatan terbesar adalah intoleransi ekonomi telah menjadi pernyataan ideologis terpenting dalam pergolakan perjuangan yang perlu kita pahami. Hal ini bertolak belakang dengan Saifullah Yusuf, tokoh NU, yang mengembuskan intoleransi identitas beberapa hari lalu, yakni musuh bangsa kita adalah Amien Rais dan Abu Bakar Baasyir.

ADVERTISEMENTS
Selamat & Sukses atas Pelantikan Ketua DPRA, Wakil Ketua I DPRA dan Wakil Ketua II DPRA

Dalam teori pemberontakan, tantangan dan isu perubahan struktural, khususnya kepemilikan dan keadilan rakyat, merupakan tantangan terbesar. Sukarno dan Mohammad Hatta, misalnya, mengalami penyiksaan berkali-kali dari kolonial Belanda, karena mereka menentang Belanda dengan isu intoleransi ekonomi.

ADVERTISEMENTS
Pertemuan Tahunan Perbankan Syariah 2024

Dahulu intoleransi ekonomi diusung Sukarno, Hatta, dan pejuang kemerdekaan lainnya sebagai tema perjuangan, karena Indonesia dalam pemerintahan “Nederlands Indie” selama penjajahan 350 tahun di Indonesia, telah dikuasai segelintir orang-orang Belanda, yang mana mereka mengatur seluruh penduduk pribumi saat itu.

Berita Lainnya:
Illiza Politisi Nasional yang Tulus Membangun Daerah, Penuh Dedikasi Cetak Prestasi
ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hari Santri Nasional

Tentu ada tokoh-tokoh bangsa lainnya ketika itu masih banyak yang tersesat dengan isu-isu mazhab agama. Umumnya mereka dibina oleh Van Der Plas dan Snouck Hurgronje dan lain-lain yang merupakan kaki tangan Belanda.

Sejak 17 orang Belanda (the heeren zeventien/gentlemen of seventeen) membentuk Vereniging Oostindische Compagnie (VOC) di Amsterdam lalu menduduki Indonesia tahun 1602, struktur perekonomian Indonesia jatuh ke tangan segelintir orang-orang Belanda.

Orang-orang Belanda ini alias VOC, dalam pledoi Bung Karno “Indonesia Menggugat”, 1930, dikatakan mengalokasikan sepertiga kekayaannya untuk Indonesia. Atau dengan kata lain, sepertiga perekonomian Indonesia dihasilkan segelintir orang itu.

Sepertiga dari hasil eksploitasi sumber daya lainnya diberikan kepada investor atau perusahaan, serta sepertiga lainnya untuk membangun negara Belanda. Kekayaan VOC jika dikonversi uang sekarang adalah 7,9 triliun dolar AS alias perusahaan terkaya di bumi sejak bumi ini ada.

Kembalinya isu intoleransi ekonomi sebagai isu terbesar saat ini, karena Muhaimin Iskandar tidak bisa menerima kenyataan adanya segelintir orang-orang, yang dinyatakan Thohir, telah menguasai sepertiga perekonomian Bangsa Indonesia.

Boy Thohir mengatakan hal itu dalam pertemuan ETAS (Erick Thohir Alumni Amerika Serikat) di Jakarta untuk mendukung Prabowo. Pernyataan lengkap Boy Thohir, abangnya Erick Thohir sebagai berikut: “Walaupun kami jumlahnya sedikit, tetapi ya di ruangan ini mungkin sepertiga perekonomian Indonesia ada di sini. Jadi kalau mereka-mereka mulai dari Djarum Group, Sampoerna Group, Adaro Group, siapa lagi, pokoknya grup-grup semua ada di sini, dan semuanya Pak”.

Berita Lainnya:
Budi Gunawan Disingkirkan Gegara Fufu Fafa dan Dampak Bagi Jokowi?

Dengan klaim Boy ini, Muhaimin menyatakan bahwa konglomerasi yang subur sejak akhir era rezim Suharto, adalah simbol ketidakadilan ekonomi. Simbol konglomerasi ekonomi di tangan segelintir orang merupakan simbol VOC di Indonesia. Sebuah kejahatan atas keadilan.

Untuk itu, Muhaimin menyatakan perang terhadap ketidak adilan ekonomi yang ada.

Muhaimin meyakini bahwa Indonesia ini didirikan kakek-buyutnya, bukan untuk memperkaya segelintir orang. Indonesia harus memperkaya semua orang-orang Indonesia secara adil dan beradab.

Penutup

Muhaimin, meskipun terlihat kecil badannya, namun semangatnya memikul beban besar dan terbesar bangsa kita perlu kita teladani. Melawan segelintir orang-orang yang mirip VOC adalah beban berat. VOC dalam sejarahnya mempunyai uang, senjata, ahli-ahli antropologi/sosiologi dan lain sebagainya untuk menundukkan elite-elite Jawa, Sumatera, Banda dan lain-lain.

Konglomerat di Indonesia juga mempunyai kekuatan dahsyat untuk menghancurkan Muhaimin. Dalam pandangan Profesor Jeffrey Winters, ahli teori oligarki, mereka memiliki apa yang disebut defence industry yang dibiayai untuk melindungi kekuasaannya. Mereka arogan dan ingin terus-menerus mempertahankan kontrolnya atas negara.

1 2

Reaksi & Komentar

وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنفُسِهِنَّ ثَلَاثَةَ قُرُوءٍ ۚ وَلَا يَحِلُّ لَهُنَّ أَن يَكْتُمْنَ مَا خَلَقَ اللَّهُ فِي أَرْحَامِهِنَّ إِن كُنَّ يُؤْمِنَّ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ وَبُعُولَتُهُنَّ أَحَقُّ بِرَدِّهِنَّ فِي ذَٰلِكَ إِنْ أَرَادُوا إِصْلَاحًا ۚ وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ البقرة [228] Listen
Divorced women remain in waiting for three periods, and it is not lawful for them to conceal what Allah has created in their wombs if they believe in Allah and the Last Day. And their husbands have more right to take them back in this [period] if they want reconciliation. And due to the wives is similar to what is expected of them, according to what is reasonable. But the men have a degree over them [in responsibility and authority]. And Allah is Exalted in Might and Wise. Al-Baqarah ( The Cow ) [228] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi