BANDA ACEH – Tabir misteri kasus dugaan bunuh diri satu keluarga di apartemen Teluk Intan Penjaringan Jakarta Utara perlahan mulai terkuak. Korban berinisial EA (51 tahun) sebagai kepala keluarga merupakan bos kapal penangkap ikan tapi bangkrut pada saat pandemi Covid-19 melanda. Namun masih belum diketahui apakah ada korelasinya antara kebangkrutan usahanya dengan upaya dugaan bunuh diri.“Dulu yang bersangkutan ini punya kapal ikan. Saya kurang paham pemilik atau apanya. Tapi pas (pandemi) covid usahanya ini bangkrut. Disitulah mulai yang bersangkutan ekonominya mulai kacau,” ujar Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara, AKBP Hady Siagian kepada awak media, Senin (18/3/2024).
Dia juga menegaskan belum ada indikasi jika keluarga yang terdiri dari EA, AIL (52 tahun) sebagai istri, dan dua anak mereka berinisial JWA (13 tahun laki-laki) serta JL (15 tahun perempuan) terjerat pinjaman online (online). Bahkan handphone milik keempat korban yang bisa menjadi alat bukti sudah hancur lebur dalam satu tas pada saat peristiwa mereka diduga loncat dari lantai 22 gedung apartemen.
“Itu belum bisa saya jawab. Pinjolnya pinjol apa. Handphone-nya saja nggak bisa dibuka,” ungkap Hady.
Lebih lanjut, kata Hady, sampai dengan saat ini pihak penyidik juga belum menyimpulkan kasus kematian keempat korban tersebut memang murni insiden bunuh diri atau justru dibunuh. Termasuk jika benar peristiwa bunuh diri, penyidik juga menelusuri siapa yang menginisiasi aksi bunuh yang melibatkan dua anak dibawah umur berinisial JWA dan JL.
“Karena kita gak mau terburu-buru. Terus anak-anak kecil siapa yang inisiasi ini yang kita cari. Meskipun salah satunya sudah meninggal,” kata Hady.
Sebelumnya, polisi menyebut empat orang yang ditemukan tewas tergeletak di depan lobi Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara tewas diduga bunuh diri. Keempat korban merupakan satu keluarga. Mereka tewas di tempat kejadian perkara setelah melompat dari lantai 22 apartemen tersebut.
“Mayat tersebut meninggal dunia akibat bunuh diri lompat dari lantai 22 Apartemen Teluk Intan, untuk penyebab Bunuh Diri tersebut belum diketahui,” Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Kombes Gidion Arif Setyawan.
Adapun, kronologi penemuan keempat jasad korban berawal pada saat seorang saksi tengah berjaga didepan lobi apartemen. Pada itu saksi mendengar suara benturan yang keras.
Kemudian saksi menoleh ternyata terdapat empat jasad sudah tergeletak dipelataran parkir dalam kondisi mengenaskan. Selanjutnya saksi yang merupakan anggota sekuriti melaporkan kejadian tersebut ke Polsubsektor Teluk Intan.
“(Polisi) mengecek ke TKP ternyata benar terdapat empat mayat yang sudah tergeletak dengan posisi terlentang, dan menghubungi Team Inafis Polres Metro Jakarta Utara,” terang Gidion.
Kemudian sekitar pukul 18.30 WIB, tim Inafis Polres Metro Jakarta Utara tiba di TKP. Setalah dilakukan Identifikasi pada jasad korban, ditemukan beberapa luka di antaranya, luka kepala bagian belakang pecah, pinggang patah, kedua tangan dan kaki patah. Sekitar pukul 19.05 WIB, empat jasad korban dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk dilakukan visum et repertum.
“Saksi diamankan oleh piket Reskrim untuk dimintai keterangan lebih lanjut,” kata Gidion.
Menurut Gidion, hingga saat ini pihak penyidik telah melakukan pemeriksaan terhadap 12 orang saksi dalam perkara ini. Gidion menjelaskan belasan saksi yang telah dimintai keterangan di antaranya keluarga besar korban.
Kemudian berdasarkan keterangan dari para saksi, keluarga korban cenderung memiliki kepribadian tertutup dengan keluarga besarnya. Hanya saja, Gidion tidak menyampaikan apakah keluaga korban pernah berkonflik atau memiliki permasalahan dengan keluarga lainnya.
“(Menurut) Dua belas orang (saksi) memang ada ketertutupan atau bisa dikatakan introvert ya, antara keluarga yang empat ini dengan keluarga besarnya,” tutur Gidion.