Mellani dan pengurus TP-PKK lainnya mengunjungi pameran yang digelar di Gedung Temporer Museum Aceh disambut Kadisbudpar Aceh, Almuniza Kamal dan jajaran. Dia melihat koleksi songket dari abad ke-16 yang dipajang di lokasi.
Mellani juga sempat menanyakan tentang beberapa koleksi songket yang ditampilkan. Selain dari Aceh, pemeran tersebut juga memajang kain tradisional dari sembilan provinsi di Indonesia.
“Untuk anak muda yang belum tahu wastra Aceh mungkin bisa datang ke sini untuk belajar supaya bisa mencintai wastra Aceh yang luar biasa,” kata Mellani, Kamis 18 Juli 2024.
Dia berharap koleksi wastra yang ditampilkan di pameran ‘Serat-serat Indah’ dapat menginspirasi kawula muda serta para desainer yang ingin mencari ide. Para desainer juga diharapkan hadir ke pameran untuk melihat motif serta contoh kain yang dipakai sejak zaman dulu.
Mereka disebut dapat memodifikasi kembali motifnya menjadi kekinian. Mellani berharap generasi muda Aceh dapat membangkitkan kembali wastra Aceh.
“Saya mohon untuk anak muda ayo kita menggunakan wastra Aceh aceh dari sekarang untuk mempromosikan daerah kita sendiri,” jelasnya.
Sementara itu, Almuniza mengatakan pameran wastra koleksi Museum Aceh ini akan berlangsung hingga akhir tahun.
Sutera Aceh kata Almuniza pernah mengalami masa kejayaan pada abad ke-16 dan kualitasnya mengalahkan sutera India dan Tiongkok. Sutera saat itu menjadi salah satu diplomasi budaya antara Aceh dengan India serta China.
“Di sini ada 58 koleksi yang ditampilkan dan ada masterpiece. Kita pada abad ke-18 rupanya wanita Aceh bagaimana teknik menutup aurat dengan kain yang dikenal 12 hah, semua itu bermotif sama dari ujung kaki sampai ujung kepala. Itu menunjukkan orang Aceh saat itu sangat trendi, dan mengikuti perkembangan zaman,” ujar Almuniza.
Dia berharap, pameran itu memberikan stimulus bagi pecinta tekstil untuk mengembalikan masa kejayaan songket Aceh. Almuniza juga berharap dalam waktu beberapa tahun ke depan di Aceh lahir program studi (prodi) yang fokus dengan wastra.
“Kita pernah memiliki masa kejayaan pada abad ke-16. Ini tantangan bagi milenial untuk menghadirkan wastra Aceh kembali berjaya,” pungkasnya. []