BANDA ACEH – Para Jenderal Kopassus memiliki kisah-kisah tak terlupakan ketika masih bertugas di lapangan. Salah satunya adalah almarhum Jenderal TNI (Purnawirawan) Wismoyo Arismunandar.
Kisah Wismoyo saat masih bertugas di Korps Baret Merah diceritakan Jenderal TNI (Purnawirawan) AM Hendropriyono. Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ini mengenang kehebatan seniornya itu melalui media sosial Instagram.
“Pak Wismoyo yang saya tahu dan ingat adalah seorang yang pintar, inovatif, banyak sekali penemuan dan pemikiran yang out of the box,” katanya dikutip dari akun Instagram, Minggu (26/6/2022).
Hendro menceritakan, semasa bertugas di Kalimantan Barat pada 1969-1970, Wismoyo merupakan satu-satunya tentara yang menemukan apa yang disebut Death Letter Box.
Saat itu, Wismoyo terlibat dalam operasi militer antigerilya dari Pasukan Gerilya Rakyat Serawak/Paraku di Malaysia.
PGRS/Paraku merupakan sayap bersenjata di bawah naungan North Kalimantan Communist Party (NKCP). NKCP dibentuk pada 19 September 1971 di bawah pimpinan Wen Min Chyuan dari sebuah organisasi bernama Organisasi Komunis Sarawak.
Menurut Hendro, sistem komunikasi pasukan gerilya itu menggunakan Death Letter Box, yaitu kurir membawa pesan dari satuan induk untuk satuan induk yang lainnya.
Kurir itu meletakkan suratnya di dalam tanah, diambil oleh kurir yang lainnya nanti di tempat yang sudah disepakati sebelumnya.
Hendro melanjutkan, Wismoyo dengan pasukannya bergerak ratusan kilometer jalan kaki di tengah hutan rimba, yang pada waktu itu bahkan ketika siang hari kita tidak bisa melihat matahari karena tertutup oleh pohon yang besar.
“Pak Wismoyo jalan kaki dalam keadaan puasa. Karena itu aneh dia bisa menemukan satu tempat yang digali kemudian ditemukan surat. Karena itu bisa terbongkar komunikasi antar satuan PGRS-Paraku. Itu komunikasi pasukan klandestin, awalnya dari penemuan Kapten Wismoyo Arismunandar,” ujarnya.
Hendro mengatakan, saat Wismoyo sudah kembali ke Jakarta, giliran dirinya berangkat dalam operasi di Kalbar tersebut bersama Sintong Panjaitan, teman satu angkatan Wismoyo di Akademi Militer 1963.
“Saya menjadi Kepala Seksi Intelijen, saya tinggal melanjutkan membuka Death Letter Box yang lain, tapi awal dari pembongkaran adalah penemuan Pak Wismoyo,” ujar ayah dari staf khusus Presiden, Diaz Hendropriyono ini.
Wismoyo telah berpulang pada 28 Januari 2021 dalam usia yang ke-80. Sederet jabatan elite di militer pernah disandang ipar mendiang Presiden Soeharto ini, seperti Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Pangkostrad, dan Danjen Kopassandha (Kopassus).
Hendro juga mengenang Wismoyo sebagai atlet judo nasional pemegang Sabuk Hitam Dan 3 dari Kodokan, Jepang. Penguasaan judo yang tinggi membuat Wismoyo didapuk menjadi Ketua Umum Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI).
Saat Wismoyo menjadi ketua umum, Hendro adalah wakilnya.
“Saya merasa beliau itu seorang yang mumpuni sebagai seorang pemimpin di mana saja, di militer, kemudian di bidang olahraga,” tuturnya.