BANDA ACEH – Pihak kepolisian telah menguji kejujuran tiga tersangka kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir J, yaitu Bharada E, Bripka RR, dan Kuat Ma’ruf, melalui lie detector atau pendeteksi kebohongan.
Dirtipidum Bareskrim Polri, Brigjen Andi Rian Djajadi, mengungkap bahwa hasil tes lie detector ketiga tersangka tersebut adalah ‘no deception indicated’ alias jujur.
“Barusan saya dapat hasil sementara uji poligraf terhadap RE, RR, dan KM, hasilnya ‘no deception indicated’ alias jujur, “ kata Andi.
Praktisi lie detector, Handoko Gani, kemudian menjelaskan mengenai tingkat keakuratan dari hasil uji alat tersebut.
Ia mengatakan kalau alat pendeteksi emosi tersebut memiliki masing-masing angka tergantung jenisnya. Namun, persentasenya bisa mencapai 93 hingga 97 persen.
Setelah itu, Handoko ditanya apakah alat tersebut bisa dikelabui oleh seseorang yang sedang diperiksa menggunakan alat tersebut.
Mendengar pertanyaan itu, Handoko menjawab kalau hal itu berkaitan dengan kredibiltas setiap alat itu sendiri.
Ia menceritakan kalau dulu memang sempat ada pengajar yang mengajarkan orang lain untuk mengelabui poligraf.
“Kita bicara tentang kredibilitas dari setiap alat gitu ya. Poligraf sendiri dikatakan kalau kita google beberapa kali, itu dulu ada para pengajar, trainer-trainer yang mengajarkan bagaimana caranya meng-counter poligraf,” ucapnya dikutip Populis.id dari kanal YouTube tvOneNews yang videonya diunggah pada Kamis (8/9/2022).
Ia melanjutkan, “Tapi kemudian ditangkap oleh FBI, aparat, hingga hilang sama sekali.”
Selain itu, orang yang biasanya diajarkan agar bisa lolos lie detector adalah intelijen karena untuk berjaga-jaga jika tertangkap oleh pihak lawan.
Handoko menjelaskan, “Kemudian pengetahuan saya memang kalangan intelijen khususnya, mereka juga diajarkan cara lolos dari poligrafi ini karena hal itu menjadi keharusan.”
“Jangan sampai ketika tertangkap oleh pihak lawan, itu mereka bisa mendeteksi kejujuran, rahasia negara gitu ya,” ungkapnya.
Meski begitu, Handoko menekankan bahwa pernyataan ‘orang yang sering berbohong pasti bisa lolos lie detector’ itu salah.
Ia menyebut salah satu orang yang bisa lolos dari alat itu adalah psikopat karena mereka tidak bisa membedakan antara realita dengan imajinasi.
“Masyarakat berpikir bahwa orang yang sering berbohong itu pasti lolos lie detector, tidak, salah. Yang bisa lolos itu salah satunya psikopat,” pungkasnya.
Handoko melanjutkan, “Dia (psikopat) itu tidak bisa membedakan antara realita dan rekayasa, realita dengan kebohongan atau imajinasi, itu dia bisa lolos karena otaknya ini konslet, jadi tidak bisa membedakan.”