Hasil itu mirip dengan banyak survei yang dilakukan lembaga survei lain. Prabowo-Gibran sampai jelang pencoblosan ini tetap unggul jauh dibanding kedua lawan. Sepertinya tidak berubah sampai pelaksanaan Pilpres. Kecuali Prabowo-Gibran melakukan kesalahan fatal dalam beberapa hari ke depan. Atau terjadi sesuatu yang luar biasa.
Meski, berbagai cara sudah dilakukan PDIP memenangkan jagonya, Ganjar-Mahfud. Dengan aneka serangan Politik ke Presiden Jokowi yang menampilkan anaknya, Gibran, mendampingi Prabowo. Materi serangan politik juga banyak. Mulai dari ‘politik dinasti’ yang dari hari ke hari kian usang. Sampai pernyataan orang-orang kampus di kampus, yang mengkritik Jokowi. Semuanya tidak menggoyang elektabilitas Prabowo-Gibran.
Belum bisa dihitung, dampak munculnya Ahok, dengan aneka kritik itu. Ahok memang punya pengikut bernama Ahokers. Tapi paling banyak seratus-dua ratus orang. Tidak signifikan untuk jumlah suara penduduk Indonesia.
Serangan politik dari kubu nomor urut satu terhadap nomor urut dua, tidak segencar serangan dari nomor urut tiga terhadap dua. Cuma lemah saja. Cuma mengekor kritikan nomor urut tiga terhadap nomor urut dua. Apalagi, nomor urut satu punya kelemahan, seperti disebut Ahok di atas. Kelemahan fatal.
Seumpama Pilpres dua putaran, maka suhu politik bakal lebih panas di putaran ke dua. Bakal keras. Duel sengit. Masing-masing paslon bakal memperebutkan suara yang pada putaran pertama ditujukan untuk nomor urut tiga. Berebut abis.
Seperti sudah diumumkan pemerintah, seandainya Pilpres 2024 dua putaran, maka biaya pelaksanaan yang diambilkan dari dana APBN sekitar Rp17 triliun.
Sangat sayang, dana itu hanya untuk Pilpres lagi. Mestinya bisa dialokasikan untuk kesejahteraan rakyat, dalam bentuk apa pun.
Betapa pun, semua terserah rakyat. Bebas. Mau pilih siapa di Pilpres? Apa yang bakal terjadi, terjadilah.