Harga avtur pesawat juga naiknya gila-gilaan. Kenaikan itu menpengaruhi kenaikan harga tiket pesawat. Di Amerika, masih cerita Susi, banyak maskapai penerbangan yang sudah tidak sanggup beroperasi.
Terhadap penumpang yang sudah membeli tiket penerbangan jauh- jauh hari, akhirnya dibujuk supaya membatalkan terbang dengan kompensasi pengembalian uang 150%.
Krisis belum menunjukkan tanda-tanda akan reda. Bahkan lebih mengisyaratkan bakal berkepanjangan. Kalau itu terjadi, mungkin kita tidak akan mudah bepergian dengan pesawat terbang. Sebab, situasi selanjutnya yang akan terjadi, mungkin uang masih ada, tapi barang yang mau dibeli tidak ada.
Di Amerika, dampak krisis global itu sudah buruk. Warga gampang ngamuk. Beberapa kejadian penembakan warga atas warga yang lain tanpa alasan jelas.
Pemerintah yang hendak mengubah UU untuk membatasi penggunaan senjata oleh warga ditolak oleh Mahkamah Agung. Lembaga Hukum tertinggi di AS menganggap hak warga untuk melindungi dirinya dengan memiliki senjata.
Seminar Kebangsaan Syarikat Islam
Selesai acara “Kopi Susi” saya pamit untuk menghadiri Seminar Kebangsaan yang diselenggarakan oleh Syarikat Islam dengan tema: “Demokrasi dan Keadilan Sosial”.
Acara yang berlangsung di markas SI di Taman Amir Hamzah, Jakarta Pusat, menampilkan pembicara: Rocky Gerung, Syahganda Nainggolan, Djumhur Hidayat, Hamdan Zulva, Prof Siti Zuhro dengan moderator Ferry Juliantono. Tampil juga Anwar Fuady sebagai pembicara tamu.
Ketika saya menyebut seminar itu, Susi tampak tertarik. Dia pun bersedia saya ajak bergabung di sana. Dalam hati, ini kesempatan menguji popularitasnya, di luar pemujanya.
Sekalian menguji tesis hidup berhemat di depan audiens yang lebih kritis. Berhasil. Hampir seluruh peserta seminar menyambut dan mengelu-elukannya. Ferry Juliantono yang menjadi moderator mendaulatnya berbicara.
Krisis energi dan pangan global itu menjadi tema orasi Susi yang mendapat sambutan meriah dari audiens. Rocky Gerung langsung berkomentar memasukkan Susi Pudjiastuti, salah satu calon pemimpin bangsa yang dibutuhkan Indonesia.
Rocky menutup Seminar Kebangsaan dengan mengutip kisah Procrustes, karakter jahat dalam mitologi Yunani. Procrustes (Polypemon/Procoptas/Damastes) adalah anak dari Poseidon.
Semasa berkuasa dia mengesankan sebagai pemimpin baik dan adil. Ia memiliki sebuah rumah di sisi jalan antara Athena dan Eleusis. Setiap malam ia mengundang rakyat untuk menghabiskan malam di rumahnya.
Rakyat tertarik karena keramahan dan sambutan hangatnya. Ia menawarkan makanan lezat dan istirahat malam di tempat tidur magis khusus, yang katanya, bisa menyesuaikan panjang siapa saja yang akan berbaring di atasnya.
Jika tamunya lebih pendek dari tempat tidur, ia akan meregangkan tubuh tamunya pada tempat tidur menggunakan palu sampai panjangnya sama persis dengan tempat tidur. Tentu saja ini menyebabkan penderitaan besar dan kematian.
Jika tamunya lebih panjang dari tempat tidur itu, Procrustes akan memenggal kaki tamunya hingga panjangnya sama dengan tempat tidur. Yang pasti tamunya akan mati karena kehabisan darah.
Rocky menganalogikan kisah itu untuk menyindir Presidential Threshold yang menentukan calon presiden harus diajukan oleh partai politik yang mengantongi 20% suara hasil Pemilu.
“Begitulah praktik keadilan menurut penguasa kita sekarang, tidak beda dengan Procrustes,” tuding Rocky.