BANDA ACEH – Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengatakan menerima kabar lebih dari empat akun media sosial aktivis diserang. Penyerangan itu diduga terjadi setelah para aktivis mengkritik pemerintahan Presiden Jokowi soal dinasti Politik.
“Ini kita masih verifikasi karena ada lebih dari tiga sampai empat orang diserang,” kata Usman, saat dihubungi, Jumat, 10 November 2023. “Sebagian pendukung Maklumat Juanda juga diserang,” kata dia.
Menurut Usman, serangan itu juga terjadi pada akun salah satu aktivis Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat atau Elsam.
Ketua Badan Pengurus Nasional Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) Julius Ibrani, membenarkan informasi upaya pembungkaman itu. Dia mengatakan penyerangan itu terjadi beruntun setelah menyasar Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) Melki Sedek Huang. Selain Melki, serangan itu diarahkan menyasar aktivis atau deklarator Maklumat Juanda dan akun YouTube Teater Utan Kayu.
“Setelah si Melki, kita deklarasi Maklumat Juanda, terus kita diskusi buku. Nah akun YouTube tempat kita diskusi buku itu diserang. Video di-upload itu enggak bisa upload lagi,” kata Julius melalui sambungan telepeon, Jumat, 10 November 2023. “Kita tahu arahnya ke mana.”
Tuding ada perintah Jokowi
Julius menuding penyerangan itu berhubungan dengan pernyataan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu yang menyatakan akan cawe-cawe dalam Pemilihan Umum 2023. Dia menilai hal ini sebagai bentuk penggunaan alat dan fungsi intelijen, pengerahan aparat Pertahanan seperti TNI dan Polri.
“Seperti pemasangan baliho anak bungsunya (Kaesang Pangarep). Itu enggak mungkin orang biasa kalau bukan ada pengarahan,” kata dia.
Hal ini, berlanjut hingga intimidasi terhadap Melki dan akun media sosialnya, serta serangan berupa penutupan akun Teater Utan Kayu. Menurut Julius, penyerangan ini menggunakan pola koheren yang terhubung pada satu titik, yaitu terjadi atas perintah Presiden Jokowi.
“Ini perintah Presiden Jokowi mengamankan semuanya yang tidak sejalan dengan dia. Jadi ini sudah keliahatan,” kata Julius.
Adapun para pendukung Jokowi, kata Julius, yang melayangkan kritik di media sosial tidak mendapat serangan. Julius menuding Jokowi ada dibalik pembungkaman tersebut.
“Kalau dilihat drama-dramanya, dan ditanya siapa produser dan sutradaranya, ya dia (Jokowi),” kata salah satu penggagas Maklumat Juanda itu. “Akun-akun yang menyerang Gibran, diserang semua.”
Menurut dia, aktivis yang mengkritik manuver politik Jokowi dan penggunaan alat negara serta putusan Mahkamah Konstitusi menjadi sasaran serangan.
“Itu yang ditargetkan,” kata dia.
Pengelola Teater Utan Kayu, Ayu Utami membenarkan akun YouTube kelompok itu dihapus. Menurut dia, penghapusan itu dilakukan karena YouTube mendapat laporan akun itu memuat konten terlarang.
“Benar hari ini kami dapat pemberitahuan dari YouTube bahwa akun Teater Utan Kayu dihapuskan karena mengandung spam dan scam,” ujar Ayu, melalui pesan WhatsApp.
Serangan itu berlangsung setelah pengelola Teater Utan Kayu mengunggah video diskusi bertajuk Beranda Politik. Diskusi Beranda itu baru diadakan dua kali. Pertama diskusi bertema “Demokrasi dan Ancaman dari Dalam Dirinya”, yang diampuh budayawan dan jurnalis senior Goenawan Mohamad atau GM.
Kedua diskusi buku Oligarki dan Totalitarianisme Baru karangan Jimly Asshiddiqqie. “Diskusi itu diadakan beberapa hari lalu, dan hari ini tiba-tiba akun kami dihapus,” ujar Ayu.
Butet Kartaredjasa ikut mendapat serangan
Selain menyasar Melki dan akun Teater Utan Kayu, penyerangan itu turut menyerang seniman Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa. Pendukung pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD itu mengaku ada serangan terhadap akun WhatsApp-nya sejak 5 Oktober 2023.
“Seminggu lalu semua yang aku kirim gak kebuka,” kata Butet. “Saat itu cuma WA aja yang terganggu.”
Presiden Jokowi mendapatkan sorotan tajam dalam beberapa bulan terakhir setelah MK mengabulkan gugatan uji materi soal batas syarat usia capres dan cawapres. Putusan itu memungkinkan Gibran Rakabuming Raka, putra presiden, maju pada Pilpres 2024.
Putusan MK itu dianggap kontroversial karena Ketua MK Anwar Usman merupakan adik ipar Jokowi sekaligus paman dari Gibran. Belakangan, Anwar dicopot dari posisi Ketua MK setelah Majelis Kehormatan MK (MKMK) menyatakan dia terbukti melakukan pelanggaran etik berat.