BANDA ACEH – Pengamat militer dari Universitas Nasional, Selamat Ginting menyatakan ketidaksetujuannya terhadap penilaian capres 1 Anies Baswedan dan Capres 3 Ganjar Pranowo.
Diketahui Anies dan Ganjar memberikan penilaian terhadap kinerja Kementrian Pertahanan (Kemenhan) di bawah Prabowo Subianto dengan nilai yang rendah. Ia menyebut tindakan Anies dan Ganjar itu sebagai hal yang blunder.
Akademisi tersebut juga menyatakan keprihatinannya atas kemungkinan dampak dari opini kedua Capres tersebut.
Menurutnya, penilaian tersebut memancing emosi sejumlah petinggi Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan membuat mereka merasa tidak dihargai.
“Beberapa petinggi perwira TNI itu sampai kemudian mengirim WA (WhatsApp) ke saya, dia bilang ‘ini sama saja tidak menghargai apa yang dilakukan Mabes TNI, Mabes Angkatan Darat, Mabes Angkatan Laut dan Mabes Angkatan Udara’,” ungkap Selamat di Indonesia Lawyers Club (ILC) dikutip Senin (15/01/2024).
Selamat Ginting juga menyampaikan bahwa “nilai merah” tersebut terkesan menjatuhkan moral prajurit.
“Karena Kementerian Pertahanan itu membangun kekuatan, Mabes TNI adalah pengguna kekuatan dan Mabes angkatan adalah Pembina kekuatan, mereka merasa pemberian nilai 5 dan pemberian nilai 11 adalah menjatuhkan nilai moral mereka,” jelas Selamat.
“Ini akan terpengaruh dalam keluarga-keluarga tentara dalam artian ‘kerja kami tidak dinilai secara baik oleh orang yang punya ambisi menjadi presiden’, itu pesan yang saya dapat di WA kemarin,” sambungnya.
Dalam Debat tersebut, Anies awalnya bertanya mengenai kinerja Menhan Prabowo.
Saat itu Ganjar memberi nilai 5, Anies menyahut, “Kalau 5 ketinggian,”. Lantas, Ganjar meminta penegasan mengenai penilaian tersebut, “Jangan takut. Disebutkan aja angkanya berapa.
Jangan di bawah 5,” pintanya. “11 mas, dari 100,” jawab Anies. Selamat Ginting mengakui bahwa Prabowo Subianto kurang siap dalam debat tersebut, menilik profil militer Menhan tersebut.
Menurutnya, pimpinan TNI pada saat itu membuat kesalahan dengan tidak memberi tugas dalam jalur staf, pendidikan, atau teritorial untuk Prabowo.
Rekam jejak kedua Capres lainnya sebagai aktivis di masa kuliah hanya memperbesar kurangnya kefasihan Prabowo. A nies serta Ganjar yang mendalami ilmu Politik disebutnya terbiasa berdebat, baik dalam ruang kelas maupun organisasi