Tak berhenti di situ, Anthony masih menganggap Prastowo belum memahami makna hitung-hitungannya tersebut. Sampai-sampai dia menantang mantan pengamat ekonomi itu untuk merasionalisasi kenaikkan anggaran subsidi BBM dibalik keuntungan Pertamia yang didapat dari kenaikkan harga BBM.
“Anda tidak paham tweet saya. Tolong jawab ini saja deh: Satu, kalau harga Pertalite dan Solar tidak naik, berapa uang masyarakat untuk belanja BBM? Kedua, setelah harga BBM naik, berapa?” tanya Anthony.
“Asumsi konsumsi Pertalite 10 juta KL, Solar 5 juta KL. Kalau tidak bisa jawab juga, sungguh hopeless,” imbuhnya menegaskan konteks pertanyaannya kepada Prastowo yang justru ogah menjawab secara gamblang.
“Maaf saya tak perlu jawab ini karena ini framing dan agitasi yang buruk. Bukan ikhtiar mencari pemahaman yang baik dan untuk bonum commune (kebaikan bersama),” tuding Prastowo dalma jawabannya.
“Jika Anda puas dengan cara-cara begini ya monggo dilanjutkan. Saya tak mau ikut-ikutan masuk kubangan kebencian,” imbuhnya.
Dituding agitasi, Anthony justru keheranan dengan pernyataan Prastowo yang tidak sesuai dengan komentar sebelumnya yang mengaku mengerti maksud dari hitung-hitungan tentang keuntungan Pertamina dari kenaikkan harga BBM.
“Sekarang Anda katakan framing dan agitasi yang buruk? Jawaban ini adalah fitnah. Kalau Anda merasa tidak perlu menjawab, mengapa anda komentari isi twit yang sama? Ini namanya kurang ajar,” cetus Anthony.
“Berkali-kali ditanya bagaimana perhitungan subsidi Rp502 triliun secara detil: jumlah konsumsi, harga keekonomian, etc, tapi sampai sekarang tidak pernah dijawab. Dan bagaimana perhitungan tambahan Rp 89-Rp 147 triliun? Kami tunggu hitungannya. Jangan cuma klaim. Terima kasih,” tandasnya.