Sabtu, 16/11/2024 - 16:55 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ASIAINTERNASIONAL

ASEAN Foundation Luncurkan Laporan Penelitian dan Pusat Informasi Pekerjaan Online

JAKARTA – Pekerja muda di ASEAN sangat terdampak oleh pandemi. Terhitung sebanyak 6,2% generasi muda kehilangan pekerjaan, angka ini lebih besar jika dibandingkan dengan orang dewasa yang berada di angka 2,8%. Tren ini diperkirakan akan semakin menempatkan generasi muda yang kurang terlayani (underserved youth), seperti perempuan dan difabel, dalam posisi yang kurang menguntungkan.

Berupaya mendalami isu dan menghadapi tantangan ini dengan pendekatan yang efektif, ASEAN Foundation berkolaborasi dengan Plan International baru saja meluncurkan laporan penelitian berjudul “Mind the Gap: Mapping Youth Skills for the Future in Asean” dengan dukungan Google.org. Penelitian mendalam ini berfokus pada kaum muda dari kelompok minoritas, perempuan, difabel, pengangguran dan pekerja dengan pendapatan di bawah minimum. Secara total terdapat 1.080 responden dan 320 peserta FGD yang wawancara dari sepuluh negara ASEAN yang terlibat. 

Indonesia Mencatatkan Angka Pengangguran Tertinggi di ASEAN

Angka pengangguran kaum muda di Indonesia termasuk salah satu yang tertinggi di ASEAN, bahkan hampir mencapai 7% lebih tinggi daripada rata-rata global pada tahun 2020 dengan setidaknya 1 dari 5 kaum muda usia produktif di Indonesia menganggur. Mereka juga sering dikategorikan sebagai kelompok rentan yang menghadapi kondisi pekerjaan berkualitas rendah, upah rendah, kekurangan pengalaman dan lingkungan kerja yang buruk. Situasi ini semakin diperparah oleh krisis COVID-19. Lembaga penelitian SMERU melaporkan bahwa pandemi menyebabkan 518.000 kaum muda di-PHK dan sekitar 1,5 juta tenaga kerja muda mengalami pengurangan jam kerja pada 2020 akibat lockdown.

Keterampilan Digital Perlu Ditingkatkan, Walaupun Self-Leadership dan Keterampilan Interpersonal Paling Membantu Dalam Mendapatkan Pekerjaan

Menurut penelitian ini, mayoritas kaum muda Indonesia tidak mempunyai cukup keterampilan di bidang digital, baik pada level dasar maupun lanjutan. Sebanyak 25% responden tidak menguasai keterampilan digital lanjutan, sementara 48% hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak menguasai keterampilan digital lanjutan, dan 32% memiliki sedikit atau tidak menguasai keterampilan digital di tingkat dasar.

Sekitar 64% kaum muda Indonesia merasa bahwa keterampilan di bidang self-leadership atau kepemimpinan diri paling membantu dalam mendapatkan pekerjaan. Keterampilan dalam bidang ini di antaranya manajemen waktu, kewirausahaan, inisiatif, sifat dapat dipercaya, dan kemampuan bekerja di bawah tekanan. Pada posisi kedua, keterampilan interpersonal seperti kepemimpinan atau kerja tim dianggap mendukung dalam mendapatkan pekerjaan oleh 42% responden. 

Sementara itu, pengusaha dari sektor swasta yang terlibat dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa perpaduan keterampilan digital dasar dan keterampilan interpersonal adalah yang paling banyak mereka butuhkan. Sejalan dengan hal tersebut, sekitar 40% kaum muda Indonesia merasa penting untuk meningkatkan keterampilan digital dasar mereka.

Kaum muda Terpinggirkan Hadapi Tantangan Lebih Besar dalam Meningkatkan Keterampilan 

Jika menilik penelitian ini lebih lanjut, ditemukan bahwa sebanyak 72% kaum muda Indonesia memperoleh keterampilan dari pendidikan formal. Di luar itu, sebagian kecil dari kaum muda mendapatkan keterampilan dari magang sebesar 31%, pusat pelatihan 29%, on-the-job training 24% dan mentorship 16%. 

Setengah kaum muda di Indonesia, yakni sebanyak 51% telah mengikuti kegiatan pelatihan, dengan mayoritas mengikuti program pelatihan dari pemerintah sebanyak 62.7% dan 37,3% sisanya dari pihak swasta. Meskipun program pelatihan pemerintah tidak dipungut biaya, kaum muda terpinggirkan di Indonesia masih menghadapi sejumlah hambatan, yakni sebanyak 14% dari mereka tidak mempunyai cukup uang untuk keperluan logistik pelatihan seperti transportasi, uang saku, atau materi pembelajaran. Di luar itu masih ada hambatan jarak sebanyak 12%, kekurangan waktu luang 6%, tidak diizinkan orang tua 6%, kurangnya minat 5%, minimnya pelatihan ramah difabel 3%, dan kurangnya perangkat pendukung 3% menjadi kendala lain yang mereka hadapi.

1 2 3

Reaksi & Komentar

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ ۖ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِن نَّفْعِهِمَا ۗ وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ البقرة [219] Listen
They ask you about wine and gambling. Say, "In them is great sin and [yet, some] benefit for people. But their sin is greater than their benefit." And they ask you what they should spend. Say, "The excess [beyond needs]." Thus Allah makes clear to you the verses [of revelation] that you might give thought. Al-Baqarah ( The Cow ) [219] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi