BANDA ACEH – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 akan diselenggarakan pada November mendatang. Dua bakal calon gubernur Jakarta, Pramono Anung dan Ridwan Kamil menawarkan sejumlah janji untuk meningkatkan keamanan masyarakat Jakarta. Tawuran menjadi salah satu masalah yang kerap terjadi di Jakarta. Aksi kekerasan itu juga sering melibatkan orang dewasa, bahkan anak-anak yang masih mengemban pendidikan tingkat SMP hingga SMA.
Banyak masyarakat di Jakarta yang mengeluhkan aksi tawuran tersebut. Maka itu, Ridwan Kamil dan Pramono Anung memiliki ide yang cukup menjanjikan untuk menekan aksi tawuran terjadi.
Ridwan Kamil yang juga mantan Gubernur Jawa Barat itu berencana membuat car free night di Jakarta. Ridwan Kamil mengklaim car free night ampuh untuk mengatasi masalah tawuran di Jawa Barat saat dia masih menjadi Gubernur.
Program ini serupa dengan Car Free Day yang sudah rutin berlangsung di Jakarta dan di sejumlah kota di Indonesia setiap hari Minggu pagi.
Ridwan Kamil menilai, dengan ditutupnya akses jalan pada malam hari, maka akan dapat mengurangi peluang terjadinya tawuran. Mengingat, tawuran kerap dilakukan oleh anak-anak remaja pada malam hari.
Jalan-jalan yang biasanya dipadati kendaraan, saat Car Free Night akan dialihkan menjadi area untuk kegiatan sosial seperti olahraga, bersepeda, atau berjalan-jalan.
Selain itu, kata dia, program ini juga diharapkan dapat meningkatkan interaksi sosial di antara warga. Ruang terbuka yang aman di malam hari dipercaya akan memudahkan masyarakat untuk berinteraksi dalam berbagai kegiatan seperti pasar malam, konser lokal, atau acara komunitas.
Dia optimis, langkah tersebut dapat mengalihkan perhatian masyarakat, khususnya anak-anak muda dari kegiatan negatif seperti tawuran menjadi kegiatan lebih positif. Tidak sendirian, Ridwan Kamil juga akan melibatkan beberapa pihak dalam pelaksanaan Car Free Night ini, seperti pelaku UMKM untuk memajukan ekonomi lokal.
“Kami akan ada car free night, malam hari, sebulan sekali, upaya UMKM di wilayah antar kampung kami promosikan dengan bazar malam,” kata Ridwan Kamil.
Tak mau kalah dari Ridwan Kamil, Pramono Anung juga memiliki cara untuk mengatasi aksi tawuran yang marak terjadi di Jakarta. Ia akan menambah jumlah CCTV di Jakarta guna mengatasi permasalahan tawuran.
Selain untuk mengatasi tawuran, CCTV itu dinilai Pramono juga dapat mencegah aksi kekerasan, bullying hingga penyalahgunaan narkoba.
Nantinya, kata dia, pemasangan CCTV ini akan ada di semua daerah di Jakarta mencakup RT dan RW.
“RT/RW dengan sederhana saya sudah merumuskan bahwa akan mempunyai CCTV di semua daerah. Kenapa harus ada CCTV? Persoalannya sederhana, (untuk atasi) tawuran, narkoba, kekerasan dan aksi bullying yang tidak diawasi. Kita semua akan menjadi lebih aman dan nyaman,” ujar Pramono.
Ridwan Kamil juga memiliki ide untuk mengatasi kasus bullying di Jakarta. Ia berencana meluncurkan sebuah aplikasi inovatif sebagai wadah khusus bagi siswa untuk melaporkan kasus perundungan (bullying) di sekolah.
Inisiatif ini dilatarbelakangi oleh keberhasilan program serupa yang sebelumnya diterapkan RK saat menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat.
“Ada satu program yang membuat saya bangga ketika menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, yaitu adanya aplikasi yang memungkinkan para korban perundungan, atau bahkan saksi mata, untuk melaporkan kejadian bullying secara langsung,” ungkap Ridwan Kamil.
Dalam paparannya, RK menjelaskan bahwa di setiap sekolah akan ditugaskan guru khusus sebagai “Satgas Anti-Bullying” yang bertanggung jawab menerima laporan dari aplikasi tersebut. Guru tersebut akan dituntut untuk merespons setiap laporan dengan cepat, sesuai dengan indikator waktu yang telah ditentukan.
“Di tiap sekolah, kami akan menugaskan guru yang menjadi operator aplikasi ini. Mereka akan menerima laporan dan diwajibkan menyelesaikan aduan tersebut dalam batas waktu yang telah ditentukan,” jelasnya.
RK juga menyampaikan bahwa aplikasi tersebut akan dikembangkan secara khusus, mengingat volume laporan bullying yang cukup tinggi di kalangan pelajar.
“Ini bukan aplikasi pengaduan biasa, karena fokusnya hanya untuk kasus bullying. Jika tidak dikhususkan, dikhawatirkan laporan akan bercampur dengan aduan lainnya, sehingga memerlukan tim yang juga khusus di tiap sekolah,” tambahnya.