Bagian Alat Vital Pria Ini Hilang Saat Operasi Prostat, Urusan Ranjang dengan Sang Istri Suram…

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

BANDA ACEH – Niat operasi prostat pria paruh baya di Pasuruan, Jawa Timur ini malah kehilangan bagian alat vitalnya.Ia bernama Subandi, pria paruh baya berusia 55 tahun. 

Kini ia menuntut ganti rugi dari pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangil karena telah mengambil bagian alat vitalnya.

ADVERTISEMENTS

Subandi tidak terima organ reproduksinya diangkat saat menjalani operasi prostat di RSUD Bangil, Pasuruan, Jawa Timur.

ADVERTISEMENTS

Ia menilai, gara-gara langkah yang diambil tim dokter RSUD Bangil, masa depannya, terutama urusan ranjang menjadi suram.

ADVERTISEMENTS

Padahal ia baru menikah lagi sekitar 3 bulan lalu. 

ADVERTISEMENTS

Subandi menceritakan kronologi awal dirinya kehilangan bagian alat vitalnya.

ADVERTISEMENTS

Awalnya Subandi menjalani operasi prostat pada 2021 lalu. Ia menjalani empat kali operasi di RSUD Bangil, Pasuruan Jawa Timur.

ADVERTISEMENTS

“Saya tadinya operasi laser, dan penyakit saya prostat, sudah dijalani sekali, dua kali, tiga kali, empat kali, terakhir tanpa seizin saya, apalagi keluarga, mengatakan akan diambil (testis), jadi langsung diambil tanpa sepengetahuan saya,” ungkapnya.

Setelah menjalani empat kali operasi prostat, tepat satu minggu Subandi pulang ke Pandeglang, Banten.

“Saat saya mandi di musala, alat vital saya ada jahitan, ternyata pelisiran (testis) saya diambil dua-duanya,” katanya.

Subandi mengaku tidak mengetahui apa-apa perkara alat reproduksinya yang diangkat oleh tim dokter RSUD Bangil. 

“Enggak tahu apa-apa, beres operasi saya pulang, begitu datang di Banten itu sudah enggak ada. Ternyata di pelisiran saya ada bekas jahitan, ibaratnya kucing dikebiri saya,” ungkapnya.

Setelah mengetahui kondisinya, Subandi langsung kembali ke Pasuruan untuk meminta keterangan pihak RSUD Bangil.

Subandi lanjut berkonsultasi dengan dokter langganannya di RSUD Bangil dan memutuskan untuk menuntut pihak rumah sakit daerah tersebut.

“Saya tak pernah diinformasikan apa-apa sama dokter, hanya anak saya, bahwa saya akan dioperasi prostat dan operasi laser,” katanya.

Subandi mengaku sudah bulak-balik mendatangi RSUD Bangil untuk meminta pertanggungjawaban, namun tidak ada itikad baik dari pihak RSUD.

Bahkan Subandi mengaku sudah meminta secara kekeluargaan, agar kasusnya tidak mencuat seperti sekarang.

“Berhubung di sana (RSUD) saya dibuat kesal sama dokter, akhirnya saya mencari lembaga hukum untuk mendampingi saya,” katanya.

Subandi menuturkan selama empat kali proses operasi anaknya bertanggungjawab menandatangani surat persetujuan.

Namun sang anak bersumpah tak pernah menyetujui bahkan menandatangani pengambilan testis pak Subandi.

“Jelas saya selama-lamanya tidak bisa bangun barang saya. Dan jelas kebahagiaan dengan istri saya dipertanyakan terus,” tambahnya.

“Sebagaimana mestinya sebagai laki-laki sudah diambil seperti itu kayak dikebiri,” pungkasnya.

Exit mobile version