BANDA ACEH – Bahasa Indonesia semakin dikenal dunia. Sejauh ini, bahasa Indonesia sudah diajarkan di 54 negara dan 523 institusi pendidikan.
Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra, menggelar pertemuan kolaborasi antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Balai Bahasa dan Budaya Indonesia (BBBI) se-Australia, di Melbourne, Australia.
Pertemuan bertajuk working dinner ini menghadirkan Kepala Badan Bahasa, Aminudin Aziz, dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Australia Merangkap Republik Vanuatu, Siswo Pramono, serta seluruh Konsul Jenderal RI di wilayah Australia.
Dalam kesempatan tersebut, Aminudin Aziz menyampaikan program-program kebahasaan yang telah disiapkan Badan Bahasa sepanjang tahun 2024 bagi peningkatan penggunaan dan pembelajaran bahasa Indonesia di luar negeri.
Menurutnya, dengan disahkannya keputusan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di sidang umum UNESCO, maka membuanakan bahasa Indonesia di dunia menjadi program prioritas.
“Saat ini bahasa Indonesia dituturkan oleh 3,3 persen penduduk dunia, dan 174 ribu siswa di seluruh dunia. Bahasa Indonesia juga diajarkan 54 negara dan didukung 523 institusi. Target kita adalah untuk memperluas penggunaan bahasa Indonesia di dunia,” urai Aminudin.
Komitmen Badan Bahasa disambut antusias oleh perwakilan Balai Bahasa Indonesia (BBI)/BBBI yang hadir. Ketua BBI Australian Capital Territory (ACT), Amrih Widodo, menyampaikan dukungan atas program yang dirancang oleh Badan Bahasa seperti pengiriman guru bahasa Indonesia.
Amrih menjelaskan bahwasanya kehadiran guru bahasa Indonesia khususnya di ibu kota Australia, Canberra, sangat diperlukan. Karena saat ini, masalah kekurangan guru bahasa Indonesia di sekolah-sekolah Australia cukup mengkhawatirkan, mulai dari level pendidikan dasar sampai jenjang menengah dan perguruan tinggi.
Selain dukungan, BBI/BBBI se-Australia juga menyampaikan beragam tantangan dan masukan untuk pengembangan bahasa Indonesia di Australia.
Salah satu kendala yang mengemuka dalam pertemuan ini adalah bahan ajar yang kurang sesuai konteks pembelajaran di Australia.
Perlunya konten yang relevan dengan situasi Australia menjadi penting jika ingin menarik minat siswa pada bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia Diajarkan dengan Cara Menyenangkan
Selanjutnya, Ketua BBI Perth, Danielle Horne, mengatakan, mengajarkan bahasa Indonesia di Australia perlu fokus pada membangkitkan rasa senang anak-anak pada pelajaran bahasa Indonesia.
Menurutnya, siswa sekolah dasar bisa belajar bahasa Indonesia karena di sekolahnya masih mewajibkan untuk mengambil mata pelajaran tersebut.
Namun di sekolah menengah, bahasa Indonesia adalah mata pelajaran pilihan.
“Anak-anak perlu tahu untuk apa mereka belajar bahasa Indonesia. Sebagai contoh, anak-anak tertarik belajar bahasa Jepang karena mereka suka dengan manga, anime, yang membuat mereka ingin tahu bahasanya. Sementara untuk bahasa Indonesia mereka tidak tahu apa yang menarik sehingga perlu memilih pelajaran tersebut di sekolah. Itu yang menyebabkan semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin sedikit siswa yang memilih bahasa Indonesia,” kata Danielle.
Konten menarik dalam media yang digemari siswa menjadi salah satu cara untuk meningkatkan minat terhadap bahasa Indonesia. Seperti yang disampaikan Silvy Wantania, Presiden Victorian Indonesian Language Teachers’ Association (VILTA), bahwa dalam mengajar bahasa Indonesia siswa perlu diberikan tujuan yang baru.
Jadi tidak hanya fokus pada ujian dan skor, namun perlu bahan ajar yang kontennya relevan dengan minat siswa, dan yang tidak kalah penting adalah kolaborasi dengan mata pelajaran lain.
“Dalam mengajarkan bahasa Indonesia, kami berkolaborasi dengan mata pelajaran lain seperti biologi dan geografi. Bahkan, kami mengajak anak-anak untuk berkunjung ke Indonesia tidak hanya untuk praktik langsung berbahasa Indonesia, namun juga untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan mata pelajaran seperti biologi dan geografi tersebut,” jelas Silvy.