BANDA ACEH – Dengan hadirnya sosok Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki adalah sebuah anugerah bagi masyarakat Aceh. Setelah ditetapkan sebagai Penjabat Gubernur Aceh pada 5 Juli 2022 lalu, banyak kegiatan yang masih menjadi pekerjaan rumah secara perlahan-lahan telah terpetakan olehnya. Demikian yang disampaikan Zulfan mantan Pensus Irwandi-Nova yang kerap dikenal dengan panggilan James kepada HARIANACEH.co.id, Senin (24/10/2022) siang di sebuah Cafe di Banda Aceh.
“Bertemu lagi kita ya?,” James mengawali pertemuannya dengan wartawan HARIANACEH.co.id.
Sapaan hangatnya kepada wartawan HARIANACEH.co.id menjadi motivasi baginya untuk berbicara lebih lanjut tentang permasalahan perbankan di Aceh yang saat ini menjadi sorotan publik di Provinsi Aceh.
“Bagaimana? kita lanjutkan lagi kawan-kawan soal Bank Aceh kita itu, karena saya juga masih terus berpikir demi kebaikan masyarakat Aceh,” James membuka percapakannya.
Ia menyebutkan, Bank Aceh ini akan benar-benar menjadi bank yang baik di kemudian waktu jika Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki berkeinginan dan segera membenahinya secara presisi dan tidak tedeng aling–aling (baca: tidak menutupi rahasia dan atau perbuatan buruk), -red) serta mengikuti gerak-gerik yang sedang dibangun dan bermain-main di ruang gelap bersama oknum-oknum yang bercokol di Bank Aceh Syariah.
“Saya yakin, pak Achmad Marzuki adalah sosok yang tegas dan tidak neko-neko apalagi dengan latar belakang beliau di dunia militer tentu tidak akan mudah terjebak di ruang gelap dan tidak tedeng aling-aling yang dibangun oleh oknum-oknum di Bank Aceh Syariah yang ingin melanggengkan kepentingan sesaat mereka,” duga James melihat setelah kejadian tidak lulusnya dua nama calon Dirut Bank Aceh Syariah yang pernah disodorkan oleh Dewan Komisaris kepada Oritas Jasa Keuangan (OJK).
Seperti sebelumnya yang pernah ia sampaikan kepada HARIANACEH.co.id, James telah menyebutkan bahwa Bank Aceh Syariah (BAS) adalah bank Ureng Aceh, jadi ia meminta dengan sangat kepada Pj Gubernur Aceh untuk memberikan perhatian khusus kepada Bank milik Ureng Aceh itu.
“Saya yakin kepada beliau (Achmad Marzuki), apalagi publik masyarakat Aceh sedang menyaksikan dan menyoroti setiap kiprah Pak Achmad Marzuki hari-hari ini untuk membawa Aceh kepada era yang lebih baik pasca lengsernya Mantan Gubernur Nova Iriansyah,” ujar dia.
“Kompleksitas dan disharmoni internal bank Aceh ditambah lagi kopetensi yang lemah yang baru saja kita dengar dan kita saksikan bersama-sama dengan tidak lolosnya nama-nama calon Dirut yang lalu, tentu ini mencoreng citra warga Aceh. Kalau saya berimajenasi, sebenarnya tidak begitu sulit mengelola bank Aceh ini jika tidak terjadi petak umpet yang ujung-ujungnya menjadi disharmoni di internal. Saya ini orang awam apalagi soal teknis, namun soal direction tentu saya tahu benar bagaimana cara kita mendirect arah bank dan itu tidak sulit-sulit banget, maka direktur adalah pawang untuk mendirect arah pasukan di internal bank ke arah yang benar. Harus ada kerjasama di antara para direktur yang terbangun, jangan yang satu tidak cocok dengan direktur yang lain bahkan sampai bekubu-kubu, itu tentu tidak sehat,” James membangun imajenasinya soal Bank Aceh Syariah.
Selanjutnya, Putra Kota Juang itu juga menambahkan, kata dia, intergritas para calon dirut serta komisaris juga menjadi hal penting untuk menjaga Bank Aceh Syariah dari pengaruh koruptif, kolusi dan nepotisme. Nah, lanjutnya, James meminta kepada Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki untuk menyaring nama-nama calon Dirut dan Komisaris dengan cara Uji Publik.
“Agar Bank Aceh Syariah itu sehat pak Achmad Marzuki, sebelum nama-nama disodorkan kepada OJK Aceh untuk dilakukannya uji kepatutan dan kelayakan atau istilah anak milenial hari ini fit and proper test, Pak Achmad Marzuki harus mengumumkan terlebih dahulu pembukaan lowongan atau rekruitmen calon-calon direksi dan Komisaris di sebuah Media seperti misalnya Serambi Indonesia atau lainnya. Jadi pak Achmad Marzuki akhirnya bisa memperoleh nama-nama dari orang-orang yang mungkin lebih punya kopentensi di dunia perbankan syariah hari ini, contohnya dari para profesor-profesor dan doktor-doktor dari berbagai universitas yang ada di Provinsi Aceh, lalu diuji dan difilter dengan ketat kemudian diuji publik kembali agar masyarakat Aceh bisa mengenal orang-orang itu dan tidak main petak umpet seperti sebelum-sebelumnya yang akhirnya menciptakan ruang gelap yang digunakan oleh oknum-oknum di Internal Bank Aceh Syariah itu untuk memenuhi hasrat olah sana olah sini (Onani),” demikian James mengakhiri percakapannya dengan HARIANACEH.co.id.