Jumat, 19/04/2024 - 10:06 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ASIAINTERNASIONAL

PBB: Lebih dari Seperempat Rakyat Myanmar Sangat Membutuhkan Bantuan

ADVERTISEMENTS

Berbicara di Majelis Umum, Heyzer mengatakan kudeta oleh junta militer terhadap pemerintah yang dipilih secara demokratis pada Februari 2021 “telah membuka garis depan baru yang telah lama damai,” dan dia memperingatkan kekerasan etnis yang meningkat dan lebih dari 1 juta orang yang mengungsi sekarang terlantar.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


“Krisis ini telah mengakibatkan runtuhnya lembaga-lembaga negara, secara signifikan mengganggu infrastruktur sosial dan ekonomi penting seperti kesehatan, pendidikan, perbankan dan keuangan, ketahanan pangan dan lapangan kerja, serta meningkatkan kriminalitas dan kegiatan terlarang,” kata Heyzer.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
DK PBB akan Adakan Pertemuan Atas Permintaan Israel Usai Serangan Iran


“Rakyat Myanmar menghadapi penderitaan yang hebat dari krisis multidimensi ini,” imbuh dia.

ADVERTISEMENTS


Kudeta militer disambut oleh kerusuhan massal ketika masyarakat memprotes pemulihan kekuasaan militer di Myanmar. Junta menindak keras demonstran ketika PBB berulang kali memperingatkan negara itu menghadapi perang saudara.


Pasukan Junta sejak itu telah membunuh hampir 2.000 orang dalam tindakan keras terhadap perbedaan pendapat, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, sebuah kelompok pemantau HAM lokal.

Berita Lainnya:
Sekjen NATO Khawatirkan Aktivitas Spionase Rusia di Aliansi Itu


Kerusuhan dan penderitaan massal telah menyebabkan banyak orang di Myanmar melakukan kekerasan, kata Heyzer.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


“Sebuah generasi yang diuntungkan dari transisi demokrasi sekarang kecewa, menghadapi kesulitan kronis dan, tragisnya, banyak yang merasa tidak punya pilihan selain mengangkat senjata,” ucap dia.


“Konflik bersenjata sekarang telah menjadi norma, dan ketidakpercayaan di antara para pemangku kepentingan. Dalam situasi zero-sum ini, ada “bagian tengah yang hilang” dengan sedikit ruang untuk mengadvokasi pengurangan kekerasan,” ujarnya.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi