Blok Medan Serang Jokowi, IHSG Segera Lengser?

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

OLEH: ADE MULYANA

   

ADVERTISEMENTS

Pekan yang menegangkan dan penuh kepanikan akhirnya tiba di pasar global. Usai menjalani serangkaian rally yang mengesankan hingga mengangkat indeks untuk mencetak serangkaian rekor tertingginya sepanjang sejarah, pelaku pasar kini mulai menatap cemas berbagai perkembangan ekonomi terkini.

ADVERTISEMENTS

Sejumlah rilis data terkini menunjukkan situasi suram hingga menghantarkan kepanikan. Data indeks PMI manufaktur AS untuk bulan Juli dilaporkan hanya sebesar 46,6 yang sekaligus merupakan catatan buruk Indeks PMI dalam 20 bulan terakhir. Besaran Indeks di bawah 50 mengindikasikan terjadinya kontraksi pada aktivitas manufaktur di negeri dengan perekonomian terbesar dunia itu. Data tersebut semakin suram dengan laporan terkini lainnya yang menyebutkan tambahan tenaga kerja AS yang hanya mencapai 114.000 untuk bulan Juli. Capaian tersebut jauh di bawah ekspektasi pasar di kisaran 175.000.

ADVERTISEMENTS

Rangkaian data buruk ini kemudian semakin lengkap dengan laporan besaran tunjangan pengangguran yang melonjak dan tingkat pengangguran yang bertengger di 4,3 persen. Investor akhirnya dihantarkan pada simpulan bahwa perekonomian sedang rawan menuju resesi. Lebih jauh pelaku pasar juga menuding, Bank Sentral AS,The Fed yang terlalu lama atau lambat dalam menurunkan suku bunga nya hingga rangkaian data suram tersebut muncul. Tekanan jual secara brutal akhirnya terjadi hingga membabat seluruh Indeks Wall Street dalam penutupan akhir pekan lalu.

ADVERTISEMENTS

Indeks DJIA runtuh 1,51 persen dengan menutup sesi di 39.737,26, sementara indeks S&P500 terpangkas 1,84 persen di 5.346,56, dan indeks Nasdaq longsor 2,43 persen di 16.776,16. Pantauan terkini di sesi perdagangan pre-market juga menunjukkan Indeks Wall Street yang masih melanjutkan gerak turun signifikan hingga Senin pagi ini waktu Indonesia Barat.

ADVERTISEMENTS

Akibat dari keruntuhan kali ini, Indeks Nasdaq mulai membentuk tren pelemahan yang solid yang sekaligus mengindikasikan gerak runtuh lebih lanjut di hari-hari kedepan. Chart berikut memperlihatkan Indeks Nasdaq yang segera masuk dalam tren pelemahan jangka menengah:

ADVERTISEMENTS

Pantauan terkini tim riset RMOL menunjukkan, indikator MACD pada indeks Nasdaq yang bahkan kini telah berada pada signal jual yang kukuh dengan ditopang indikator Average true range.

Kesuraman ini, dipastikan segera menjalar hingga sesi perdagangan di Asia dalam membuka pekan ini Senin, 5 Agustus 2024. Laporan terkini menunjukkan, seluruh indeks di Bursa Saham Utama Asia yang mulai berguguran dalam rentang signifikan. Indeks Nikkei (Jepang) rontok 6,11 persen di 33.715, sementara indeks ASX200 terjungkal 2,52 persen di 7.742,7, dan indeks KOSPI (Korea Selatan) tenggelam 3,7 persen di 2.577,15.

Investor di Bursa global kini mencoba menggantungkan sentimen terbaru dari rilis data indeks PMI sektor jasa di AS yang akan dirilis malam nanti. Kinerja buruk data tersebut akan menjadi pukulan yang semakin dalam pada Bursa Saham, namun rilis data yang positif diyakini hanya sekedar mampu menahan pesimisme.

Sentimen kesuraman yang nyaris sempurna kali ini juga diyakini akan segera menjalar hingga sesi perdagangan di Jakarta pagi Ini. Investor di Jakarta terlihat sulit menghindar dari irama suram Bursa global, pelaku pasar di Jakarta kini berharap rilis data pertumbuhan ekonomi kuartalan yang akan dirilis jam 11.00 wib nanti sebagai gantungan untuk setidaknya menahan pesimisme yang telah hinggap. Sentimen domestik lain yang muncul, barangkali hanya terkait dengan situasi Politik terkini, di mana dalam sebuah persidangan akhir pekan lalu, terdakwa kasus korupsi mantan gubernur Maluku Utara, menyeret putri dan menantu Presiden Jokowi dengan menyebut istilah blok Medan. Situasi ini dengan mudah menyerang citra populer Jokowi yang selama ini lekat sebagai sosok sederhana.

Secara keseluruhan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diyakini sangat rawan dalam membuka sesi perdagangan pekan ini. Gerak turun dalam rentang tajam alias lengser, sangat mungkin mendera IHSG. Dan rilis data pertumbuhan ekonomi akan menjadi pertaruhan penting. Kinerja pertumbuhan yang sesuai ekspektasi akan setidaknya mampu menghambat penurunan IHSG lebih parah, sebaliknya bila data pertumbuhan di bawah ekspektasi pasar akan menjadi pukulan tambahan bagi IHSG untuk terperosok lebih tajam. Namun situasi berbeda diperkirakan terjadi pada nilai tukar Rupiah.

Rilis data perekonomian terkini AS akhir pekan lalu yang jauh dari memuaskan, menjadikan mata uang paman sam jatuh hingga di titik terlemahnya dalam empat bulan terakhir. Situasi ini tentu akan menjadi peluang besar bagi Rupiah untuk melanjutkan gerak penguatan nya sebagaimana telah terjadi pada sejumlah besar mata uang utama Dunia.

Pantauan Senin pagi waktu Indonesia Barat menunjukkan, di luar Dolar Kanada, seluruh mata uang utama Dunia mampu melakukan gerak balik penguatan yang signifikan. Rupiah akan semakin prospektif bila rilis data pertumbuhan ekonomi memuaskan pelaku pasar.

Exit mobile version