Jokowi-agar-tak-bandel_375_211.webp” width=”640″/>BANDA ACEH – Tak habis-habisnya, seniman dan budayawan Butet Kartaredjasa kritik Presiden Jokowi. Kali ini, ia ingatkan Jokowi agar tak bandel.
Kritik yang disampaikan Butet ini tak terlepas dari buntut aksi panggungnya lewat pembacaan pantun, saat Hajatan Rakyat di Kulon Progo pada Minggu, (28/1/2024), yang berujung dilaporkan ke polisi.
Dalam hal ini, Butet Kartaredjasa, tak membantah aksi panggungnya saat itu, merupakan kritik dan luapan kekecewaannya pada Presiden Jokowi, yang pernah ia dukung pada Pemilu 2014 dan 2019.
“Melaporkan saya tidak apa-apa, semua warga boleh melakukan apapun karena dijamin undang-undang,” pungkas Butet kepada awak media, Selasa (30/1/2024).
Selain itu, dia menuturkan kritik sangat berbeda dengan penghinaan. “Kita harus bisa membedakan mana ujaran kebencian, mana penghinaan, dan mana kritik,” kata dia.
Bahkan, budayawan asal Jogja itu, mengklaim setiap karya seninya selalu mengandung muatan kritik. “Tapi cara saya menyajikan kritik itu dalam kultur Jawa disebut Guyon Parikeno, ada unsur bercanda,” pungkasnya. “Saya (dalam berkesenian) menempatkan diri sebagai Punakawan,” sambungnya.
Untuk diketahui, peran Punokawan dalam dunia pewayangan adalah mengingatkan ksatria utama lewat candaan dengan harapan ksatria tersebut tidak sakit hati dan sadar diri. “Tapi kalau kstarianya dicubit tidak merasa sakit, ya dijewer, atau tendang bokonge (pantatnya), gitu loh,” ujar Butet.
“Jadi cara mengingatkan itu ada progesinya, ada tahapan-tahapannya, itu yang namanya Guyon Parikeno,” sambungnya. Lanjut Butet mengatakan, bahwa mengkritik lewat candaan juga selama ini ia terapkan di Teater Gandrik yang diasuhnya.
“Teater Gandrik isinya bercanda-bercanda saja, orang nonton ngakak-ngakak (terbahak bahak), tapi ada muatannya, itulah tradisi Guyon Parikeno yang menjadi bagian kultur Jawa yang hebat,” pungkas Butet.
Kemudian, di saat disinggung soal pelaporan ke polisi membuatnya berhenti mengkritik Jokowi? “Saya itu cuma menyatakan kejujuran, saya belum terlatih untuk berdusta dan berbohong, yang saya ucapkan selama ini hanya kejujuran hati dan pikiran,” ucap Butet.
“Nanti kalau saya sudah terampil bohong dan berdusta mungkin saya akan memamerkan kemunafikan saya,” sambungnya. Di samping itu, Butet ingatkan Jokowi agar tak jumawa ketika masih berkuasa.
Ia menyinggung bagaimana dulu Orde Baru di bawah kepimpinan Presiden Soeharto selama 32 tahun akhirnya tumbang secara tragis akibat gelombang protes rakyat yang terus membesar.
“Pak Harto (Soeharto) yang berpengalaman 7 kali jadi presiden pun tumbang, jadi kalau Pak Jokowi tetap bandel (dengan manuvernya dalam Pemilu Presiden 2024), nanti sejarah akan membuktikan,” pungkas Butet.
Menyikapi kemungkinan pelaporan atas dirinya terus berlanjut, Butet pun siap dengan skenario terburuk. “Itu sudah menjadi risiko (jika kritis dipolisikan),” ucapnya.
Menurut Butet, advokat senior yang juga Deputi Hukum Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Todung Mulya Lubis telah menyatakan siap mendampinginya jika ia diproses hukum atas aksi panggungnya.
– Istana Pasang Badan Sebelumnya diberitakan, Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana menanggapi sindiran dari budayawan Butet Kartaredjasa yang diduga ditujukan kepada Presiden Jokowi.
Menurutnya, sikap Presiden Jokowi biasa-biasa saja lantaran sudah sering menerima sindiran dari sejumlah pihak. “Sudah sering Pak Jokowi terima sindiran,” kata Ari kepada wartawan di Jakarta, Selasa (30/1/2024).
Selain itu, Ari menyampaikan, Jokowi menerima banyak hal sejak 2014, mulai dari kabar bohong atau hoaks, ujaran kebencian hingga fitnah, namun bersikap biasa saja.
“Banyak hal dari 2014 kan, hoaks, ujaran kebencian, bahkan hal lain, fitnah, tapi bapak selama ini biasa-biasa saja,” ujarnya