HARIANACEH.co.id|Banda Aceh – Aceh memiliki potensi besar untuk menjadi jalur rempah dunia. Hal ini disampaikan oleh Direktur Akses Non-Perbankan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Saifullah Agam dalam seminar internasional ‘Peluang Masa Depan Ekonomi Rempah’ yang merupakan rangkaian acara Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 di Gedung AAC Dayan Dawood, Universitas Syiah Kuala (USK), Banda Aceh, Senin 6 November 2023.
Agam mengatakan, Aceh punya banyak komoditas rempah yang potensial untuk dikembangkan seperti; cengkeh, lada, dan pala. Menurutnya Aceh memiliki sejarah panjang dalam perdagangan rempah.
“Jalur rempah bisa dipastikan menjadi peningkatan keuangan Aceh, karena Aceh sangat kuat pada lembaga pertaniannya. Tapi dalam hal ini pemerintah tidak bisa bekerja sendiri,” kata Agam.
Dia menambahkan pemerintah perlu bersinergi dengan masyarakat untuk mengembangkan potensi rempah di tanah Serambi Mekkah. Bisa dilakukan lewat berbagai program seperti; pelatihan dan pendampingan bagi petani, serta promosi dan pemasaran produk-produk rempah Aceh.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh Cut Huzaimah, mengatakan Pemerintah Aceh terus mendorong generasi muda untuk memanfaatkan rempah jadi produk industri kreatif. Hal itu dilakukan untuk mengembalikan kejayaan rempah di Aceh yang pernah jaya pada masa lalu.
“Seminar seperti ini perlu untuk bisa membuka kembali wawasan masyarakat tentang rempah, sebab minat mengembangkan komoditas rempah sudah mulai berkurang dan kita akan memviralkanya lagi,” kata Cut Huzaimah.
Dia menambahkan Aceh memiliki banyak potensi rempah yang bisa dimanfaatkan oleh generasi muda seperti untuk kuliner, obat-obatan, dan industri kreatif lainnya.
Salah satu perancang busana kondang Indonesia Samuel Wattimena, mengatakan rempah bisa menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Sebab, rempah memiliki nilai estetika yang tinggi.
Kekayaan rempah yang dimiliki Indonesia, terutama Aceh, seharusnya tak hilang begitu saja seiring perkembangan zaman.
Menurut Samuel, ada beberapa strategi yang bisa dijalankan untuk mengembalikan kejayaan rempah, misalnya; rempah dipakai sebagai pewarna alami dan penguatan rempah dalam industri kreatif budaya wastra.
Untuk mewujudkan itu, diperlukan penggalian kembali sejarah rempah Aceh, lalu membentuk ekosistem rempah dari hulu ke hilir.
“Sebab rempah bisa dimanfaatkan sebagai pewarna alami dalam industri fashion. Ini bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi produk-produk fashion Indonesia,” ungkapnya.
Pengakuan tentang Aceh sebagai jalur strategis perdagangan rempah dunia datang dari Ketua Panitia Konferensi International Biomass and bioenergy (ICBB) 2023 IPB, Meika Syahbana Rusli.
Meika mengatatakan Aceh berpotensi besar untuk menjadi gerbang rempah dunia. Berkaca dari negara Belanda, tuturnya, yang mampu membangun kota-kota di sana dari hasil perdagangan rempah, tak menutup kemungkinan hal itu bisa dilakukan di Aceh.
“Aceh pun bisa melakukan itu karena posisi strategis dalam jalur perdagangan rempah dunia,” katanya.
Meika Syahbana Rusli mendorong pemerintah dan masyarakat Aceh agar bersinergi untuk mengembangkan potensi rempah lewat penelitian dan pengembangan ilmiah, serta promosi dan pemasaran.
Artikel Butuh Sinergitas Pemerintah dan Masyarakat Kembalikan Kejayaan Rempah Aceh pertama kali tampil pada HARIANACEH.co.id.