Cerita Menegangkan Haji Mansur Diamuk Orang Saranjana saat Nekat Ambil Emas Batangan

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

BANDA ACEH – Kota Saranjana yang disebut-sebut sebagai kota gaib kembali viral di media sosial. Keberadaan kota yang disebut terletak di Desa Oka-Oka, Kecamatan Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, dipercayai memiliki peradaban sangat maju.

Masyarakat meyakini gedung-gedung di kota gaib di Kalimantan itu sangat modern dan canggih. Keyakinan ini belakangan menjadi perbincangan karena unggahan salah satu akun tiktok yang viral beberapa waktu lalu. Akun tersebut menunjukan foto dengan latar belakang yang diduga Kota Saranjana.

ADVERTISEMENTS

Melansir Burhan Nahrub Channel, Senin (11/12/2023), Haji Mansur, salah seorang tokoh masyarakat di Desa Oka-Oka, turut membagikan pengalamannya bersama keempat temannya yang hendak berusaha mengambil emas batangan di Gunung Saranjana pada 2018.

ADVERTISEMENTS

Konon, emas batangan itu berjumlah sebanyak delapan buah yang telah berada di dalam sumur sejak 30 tahun silam.

ADVERTISEMENTS

Menurut juru kunci alias kuncen wilayah itu yang disebutkan seorang Ibu Haji bersuamikan penduduk Saranjana, emas tersebut milik sebuah keluarga yang menitipkannya di Kota Saranjana. Pencarian emas itupun dimulai dengan mencari sumur yang disebut sebagai lokasi tersimpannya emas.

ADVERTISEMENTS

Ciri-ciri keberadaan emas ditandai dengan adanya seutas tali biru di dalam sumur. Sebanyak tiga sumur yang telah digali, pada saat menggali sumur keempat dengan kedalaman 1,5 meter terlihatlah tali berwarna biru.

ADVERTISEMENTS

“Pas kejadian itu ketika kami lihat tali biru, kebetulan teman kita yang satu dirasuki atau kerasukan orang Saranjana,” ujar Haji Mansur.

ADVERTISEMENTS

Saat temannya kerasukan penghuni Saranjana itu membenarkan bahwa emas tersebut berada di dalam sumur namun tidak bisa diambil karena keesokan harinya hari kemerdekaan (17 Agustus). Setelah itu, Haji Mansur dan teman-temannya kembali ke desa dan meminta solusi kepada juru kunci.

“Kata Bu Haji coba nanti hari Rabu ke sana lagi. Kan permintaan mereka di atas itu (penghuni Saranjana) kan hari Rabu,” lanjut Haji Mansur.

Tepat pada hari Rabu, Haji Mansur lantas kembali melanjutkan pencarian ke Gunung Saranjana dengan membawa barang-barang yang telah disebutkan sebagai syarat untuk mengambil emas. Barang-barang itu di antaranya ialah telur, daun sirih, rokok, kopi, dan kemenyan.

Tak lama membakar kemenyan, seorang temannya kembali kerasukan orang Saranjana. Orang Saranjana melalui jasad temannya itu lantas berbicara mempertanyakan tujuan kedatangan mereka dan siapa yang menyuruhnya.

“Saya disuruh Bu Haji, tapi dia tidak menyuruh untuk mengambil emas yang ada ini. Tapi disuruh ke sana dulu siapa tau orang di sana memberikan. Masalah dikasih atau tidak tergantung mereka di atas (penghuni Saranjana),” kata Haji Mansur.

Haji Mansur lalu melakukan penggalian di sumur tersebut untuk mencari emas batangan yang dimaksud.

Namun upaya itu dicegah bahkan sempat akan dipukul oleh penghuni Saranjana yang ngotot tidak memberikan izin.

Penghuni Saranjana lalu menjelaskan jika Haji Mansur ingin melanjutkan penggalian agar dapat mengambil emas itu maka harus memenuhi berbagai persyaratan, salah satunya dengan membawa tumbal manusia yang memiliki hubungan darah atau keluarga, semisal saudara kandung, orangtua kandung, anak bahkan cucu.

Mendengar persyaratan itu, Haji Mansur lantas menghentikan penggalian. Ia pun memutuskan untuk kembali ke desa dan tidak jadi mengambil emas tersebut karena beratnya persyaratan yang diminta.

Saranjana yang dijuluki sebagai kota tak kasat mata memang selalu mengundang rasa ingin tahu banyak orang akan kisah-kisah magis yang dialami oleh orang-orang yang pernah bersinggungan dengannya.

 

Exit mobile version