SEMUA manusia pernah berdosa. Tidak seorang pun yang luput dari kesalahan, besar ataupun kecil, sengaja atau tidak disengaja. Sebab, fitrah manusia adalah tempat salah dan lupa.
Begitulah yang dikatakan oleh Tgk Afrizal Sofyan, Anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh saat memberikan khutbah Jumat di salah Masjid di Kecamatan Indrapuri, Aceh Besar.
Ditambahkan, tidak ada manusia yang maksum, kecuali Nabi Muhammad saw yang dosanya telah diampuni dan dijamin surga.
Hal itu tidak lain karena Allah telah memberikan dua potensi dasar kepada manusia yaitu fujur (negatif) dan taqwa (positif).
Itu pula yang menyebabkan fluktuasi iman dan bahkan cenderung kepada salah satunya yang bakal menentukan posisinya di akhirat, neraka atau surga.
Kendati begitu, tidak menjadi alasan bagi seorang muslim menumpuk dosa dan mengulur tobat dengan alasan karena Allah Swt Maha Penerima Tobat.
Janganlah berpikir mumpung masih hidup, masih muda, masih berlimpah harta, masih banyak waktu, lantas asyik masyuk bergelimang dosa dan lupa tobat.
Sebab, tak seorang pun tahu kapan usianya berakhir. Bisa detik ini, hari ini, lusa, bulan depan atau bahkan bisa tahun depan.
Ajal tidak mengenal usia, waktu, dan tempat. Sebab, jika ajal telah keluar dari raga, maka pintu tobat ditutup rapat, penyesalan menjadi terlambat yang ada hanyalah derita sepanjang masa di akhirat.
Oleh karena itu, Allah Swt memerintahkan umat manusia selalu bertobat dan beristighfar.
Firman Allah Swt:
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS Ali-Imran: 135)
Makna Istighfar
Istighfar secara harfiah artinya memohon ampunan dan sekaligus rahmat Allah Swt. Ampunan Allah Ta’ala dapat diraih dengan istighfar yang diucapkan dengan tulus dan ikhlas, serta diiringi pertobatan yang mendalam.
Istighfar berfungsi sebagai penambal atas kekurangan yang dilakukan dalam beribadah dan permohonan ampunan ketika melakukan hal-hal yang sia-sia dan perkara yang haram.
Menurut Ibnu Rajab Alhambali dalam kitabnya Jamiul ‘Ulum wal Hikam, ketika menjelaskan hadist tentang keutamaan istighfar dengan pernyataan, bahwa istighfar adalah permohonan ampun atas dosa.
Kata tobat mencakup istighfar, maka istighfar dan tobat jika disebutkan masing-masing sendirian maka mencakup yang lainnya dan jika disebutkan keduanya (secara bersamaan) dalam nash-nash, maka makna istighfar adalah memohon dihapuskannya dosa-dosa dan dihilangkannya sisa, dampaknya dan memohon perlindungan dari buruknya dosa-dosa yang telah lalu, serta agar ditutup, sehingga tobat maknanya adalah kembali taat kepada Allah swt.
Dahsyatnya Istighfar
Istighfar yang dilakukan seorang hamba akan memberikan dampak positif yang sangat besar dalam kehidupannya di dunia dan akhirat, diantaranya:
Pertama, solusi dalam menghadapi masalah kehidupan.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang selalu beristighfar, maka Allah menjadikan baginya pada setiap kesempitan suatu solusi, dan setiap keprihatinan suatu jalan keluar, dan Allah memberinya rezeki dari jalan yang tak terduga”. (HR Abu Dawud)
Kedua, istighfar mendatangkan pahala yang besar.
Rasulullah saw bersabda:
“Istighfar mendatangkan pahala yang besar, antara lain Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan:“Barangsiapa mengucapkan kalimat: Aku memohon ampun kepada Allah Yang tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia Yang Maha Hidup dan Yang Mengayomi. Aku bertobat kepadaNya, maka diampuni dosa-dosanya meskipun ia pernah lari dari barisan perang”. (HR Abu Dawud dan At-Turmuzi dan Al-Hakim)
Ketiga, dengan beristighfar, Allah mengampuni dosa.
Rasulullah saw bersabda:
”Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, sungguh selama engkau berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku ampuni semua dosa yang ada pada dirimu, dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu sampai setinggi awan di langit, kemudian engkau memohon ampunan kepada-Ku, niscaya Aku ampuni dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi, kemudian menemui-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan Aku sedikit pun, tentulah Aku akan memberikan pengampunan sepenuh bumi. (HR Tirmidzi)