Prabowo-gibran_375_211.webp” width=”640″/>BANDA ACEH – Seusai resmi Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa jadi Jurkamnas dan mendukung Prabowo-Gibran, hingga surat keputusannya baru diteken Ketua TKN, Rosan Roeslani pada Rabu (10/1/2024). Dikabarkan, berdampak cadas bagi Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.
Bahkan, dikabarkan dukungan Khofiah Indar Parawansa ke Prabowo-Gibran, bisa membuat mesin Politik Partai Kebangikatan Bangsa (PKB) repot dan terseok-seok.
Sontak, dampak dukungan ini pun menuai reaksi dari berbagai elite politik, Pengamat Politik hingga Capres nomor urut 1 dari Koalisi Perubahan, Anies Baswedan.
Akan tetapi, sebelum jauh mendengar reaksi pernyataan Anies Baswedan, soal dampak dan dukungan Gubernur Jatim, Khofiah Indar Parawansa.
Seyogianya, menilik terlebih dahulu respons Ketua TKN Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani, yang menanggapi soal dukungan Gubernur Jatim itu. Rosan akui, amat bersyukur atas bergabungnya Khofifah.
Bahkan, TKN Prabowo-Gibran langsung mematok kemenangan besar di wilayah Jawa Timur dengan perolehan suara 65 persen untuk Prabowo-Gibran. Lantas, apakah target tersebut masuk akal? lantaran bergabungnya Khofifah sebagai jurkamnas Prabowo-Gibran.
Menyikapi hal itu, Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs, Ahmad Khoirk Umam menganalisis terkait dampak politik dukungan Khofifah.
Menurut Umam, target TKN tersebut memang tidak muluk-muluk bila melihat latar belakang Khofifah. Sebab, keberadaan Khofifah memang bisa mendorong elektabilitas Prabowo-Gibran.
“Dukungan politik Gubernur Jawa Timur Khofifah jelas akan memboosting elektabilitas Prabowo-Gibran di Jawa Timur, yang selama ini menjadi medan pertarungan terbuka sekaligus menentukan potensi kemenangan Pilpres mendatang,” pungkas Umam dalam keterangannya, yang diterima di Jakarta, Kamis (11/1/2024).
Tak hanya itu saja, Umam menyampaikan, bahwa salah satu simpul kekuatan politik Jawa, khususnya Jawa Timur adalah basis pemilih Nahdliyyin.
Dukungan Khofifah pada Prabowo-Gibran, menurut dia, akan membantu mengonsolidasikan simpul-simpul kekuatan politik Nahdliyyin untuk mempertebal kekuatan elektoral Prabowo-Gibran di Jawa Timur.
Bahkan dia katakan, Khofifah tentu akan membukakan pintu lebar-lebar bagi TKN Prabowo-Gibran untuk penetrasi lebih efektif ke basis-basis pesantren.
“Ya meskipun loyalitas politik terhadap kiai tidak sekuat dulu, tapi kampanye di jaringan pesantren tetap dibutuhkan untuk megoptimal penguasaan massa riil berbasis santri, alumni pesantren, hingga orang tua santri,” beber Umam.
Di samping itu, dia jelaskan, pergerakan TKN Prabowo-Gibran dengan bantuan Khofifah tersebut tentu akan membuat repot Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang tengah melakukan upaya serupa untuk pemenangan pasangan calon nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.
“Dukungan Khofifah kepada Prabowo-Gibran akan merepotkan mesin politik PKB di kubu AMIN yang saat ini menggantungkan mesin politiknya pada jaringan pesantren dan masyarakat Nahdliyyin.
Tekanan terhadap mesin politik PKB di basis NU juga semakin kuat, ketika elite pengurus PBNU sendiri dirasa tidak sejalan dengan kepentingan politik pencawapresan Cak Imin,” ungkap Umam. Melihat dinamika terkini, basis elektabilitas Prabowo-Gibran di Jawa Timur memang relatif cukup kompetitif.
Hal itu tidak terlepas karena peran partai-partai politik di Koalisi Indonesia Maju. Terutama melalui mesin politik tiga partai yang menjadi aktor di Jawa Timur, yakni Gerindra, Demokrat, dan Golkar.
Lanjut Umam jelaskan, mesin politik Gerindra Jatim sendiri lebih banyak dijalankan oleh jaringan mantan politisi PKB yang dulu memisahkan diri (mufaroqoh) ketika terjadi konflik internal di PKB.
“Karena itu bisa dipahami mengapa cukup banyak pesantren di wilayah Tapal Kuda, Mataraman dan Arek yang saat ini mendukung Prabowo-Gibran,” ucapnya.
Sementara itu, dua mesin politik yang selama ini mendominasi Jatim, yakni PDIP dan PKB sebagai representasi kekuatan politik abangan dan santri, saat ini terpecah di dua gerbong koalisi yang berbeda.
“Namun demikian, konstalasi politik Jawa Timur masih dinamis. Momentum 1,5 bulan ke depan bisa dimanfaatkan oleh masing-masing paslon untuk mengonsolidasikan kekuatan politiknya,” ujarnya.
“Mengingat Jatim adalah battle field terbuka dalam Pilpres, maka jika ada paslon bisa menggabungkan mayoritas jaringan politik nasionalis dan politik santri di Jatim, besar kemungkinan Paslon itu akan memenangkan kontestasi Pilpres di tingkat nasional,” sambungnya menjelaskan.
Terpisah, menyikapi dukungan Gubernur Jatim, Khofifah ke Prabowo-Gibran, Capres dari nomor urut 1, Anies Baswedan malah mengungkapkan kunci dan optimis kemenangannya di Jatim untuk Pilpres 2024.
Bahkan, dia secara gamblang aku dirinya justru semakin pede di Jatim bisa menang. Hal itu lantaran, kata Anies, di Jawa Timur masyarakatnya menginginkan sebuah perubahan. “Kalau di Jatim kami makin optimis insyaallah dukungannya makin luas untuk perubahan.
Karena yang diharapkan oleh masyarakat Jatim apalagi adalah keinginan perubahan,” pungkas Anies kepada wartawan di Samarinda, Kamis (11/1/2024).
Selain itu, Anies tetap menghormati pilihan politik Khofifah. Dia menjelaskan bahwa pesta demokrasi itu tidak melulu kemenangan ada di tangan sosok yang melekat dengan daerahnya.
Rakyat, kata Anies, yang menjadi penentu kemenangan. Selain itu, rakyat akan memilih berdasarkan program yang digagas kontestan.
“Ini bukan sekadar orangnya tapi tentang apa yang akan dilakukan lima tahun ke depan dan keinginan perubahan itu makin hari makin kuat,” beber Anies