BANDA ACEH – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 dipastikan gagal ketika Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky batal hadiri forum ekonom terbesar di dunia tersebut, kata Rocky Gerung dalam dialog di saluran YouTube-nya.
“G20 telah mengubah fokus kepada keamanan di Eropa, Putin dan Zelensky tidak hadir artinya tidak akan ada pembicaraan tentang perdamaian, dari awal ini G20 sudah gagal,” katanya, sebagaimana dikutip Warta Ekonomi.
Rocky mengatakan, KTT G20 yang seharusnya berfokus pada masalah ekonomi dunia dan pemecahan masalahnya telah berubah arah menjadi tentang ketegangan di Eropa.
“Dunia sudah masuk dalam ketegangan politik dan kesukaran ekonomi, tidak ada cara kecuali Amerika Serikat bilang kami setop back up Ukraina, dan Rusia bilang kami mundur,” tuturnya.
Hal ini, menurutnya, juga didukung oleh temuan The Economist, yang mengatakan penurunan 1,5% derajat suhu dunia tidak akan tercapai sehingga pertemuan di Bali tidak akan menjadi apa-apa.
“Selama itu semua ada dan bertahan, ekonomi tidak akan tumbuh dan berubah,” tegas Rocky.
Masalahnya, tuturnya, konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina memengaruhi perekonomian global sehingga perlu ada intervensi Putin dan kerja sama Zelensky.
“Masalah intinya adalah intervensi Putin ke Ukraina … tidak bisa dibicarakan di forum yang membahas itu, jadi kalau Rusia tidak ada, pembicaraan perdamaian kosong,” imbuhnya.
Rocky menilai, membereskan konflik antara Rusia dan Ukraina tidaklah sesederhana ketika Indonesia memegang kepemimpinan G20.
“(Perang) itu masalah Amerika Serikat, China, Rusia, Eropa. Bahkan, Eropa saja tidak mampu berbuat apa-apa karena mereka harus membutuhkan konfirmasi dari Amerika Serikat,” kata Rocky.
Dari fakta ini dengan tegas telah menjadi kesimpulan bahwa Indonesia tidak bisa membuktikan kepemimpinannya di G20 bisa membawa perdamaian di Rusia-Ukraina.
“Rusia punya proksi China, proksi Amerika adalah NATO, komplikasi itu. Seolah-olah di sini Indonesia bisa menyelesaikan perang antara kedua negara gajah,” imbu dosen filsafat Universitas Indonesia itu.
Pada akhirnya, tegas Rocky, Indonesia dicatat dunia sebagai negara yang ngomong doang soal perdamaian dan keamanan dunia.
“Indonesia akhirnya akan dicatat ngomong doang, menggede-gedekan masalah untuk menjamin keamanan dunia, menjamin jadi motor erubahan berlanjutnya pertumbuhan ekonomi. Itu semua tidak akan terjadi,” pungkasnya.