Dijual Puluhan Juta, Ongkos Produksi tas Dior Dibongkar Pria Ini, Ternyata Tidak Sampai Sejutaan

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

BANDA ACEH – Sedang ramai pemberitaan mengenai harga asli tas Dior yang ternyata mempunyai ongkos yang di luar dugaan.Seperti yang diketahui, tas-tas branded dari Dior memiliki harga yang fantastis, mulai dari puluhan juta hingga ratusan juta.

Namun, seorang pria di TikTok bernama Dino Augusto membongkar fakta sebenarnya mengenai ongkos pembuatan tas tersebut.

ADVERTISEMENTS

“Kredibilitas dan kemewahan tas Dior dipertanyakan besar-besaran karena kasus supplier dari China walaupun produksinya dari Milan?” ujarnya seperti dikutip Hops.ID.

ADVERTISEMENTS

“Sebenernya barang mewah lo itu modalnya cuma Rp900 ribu lo beli Rp40 juta, nangis lo,” bebernya.

ADVERTISEMENTS

Brand milik Bernard Arnault ini bahkan tengah menghadapi kasus yang cukup signifikan mempengaruhi nama perusahaan.

ADVERTISEMENTS

“Dior sedang punya kasus dan kemaren sudah selesai dan bahwa hasil sidangnya juga dalam penjajakkan 1 tahun ke depan bahwa tas Dior adalah milik perusahaan China,” tuturnya.

ADVERTISEMENTS

Pabrikan tas asli Prancis ini memiliki akses produksi di luar dari negara asalnya.

ADVERTISEMENTS

“Kasusnya dia pakai subkontraktor wajar ya kalau di industri retail jadi misalnya kalau lo punya brandnya tapi yang memproduksi perusahaan lain,” jelasnya.

Khusus untuk handbag, ternyata dibuat khusus di Italia namun lisensinya dibeli oleh perusahaan China.

“Misalnya parfume dan handbag, nah kebetulan handbag ini harus made in italy, nah made in italynya ini kebetulan dimiliki oleh perusahaan China,” ungkapnya.

“Nah perusahaan China ini disidaklah sama penegak hukum di Italy, karena mereka sudah punya hukum mumpuni terhadap produksi-produksi barang mewah di sana,” imbuhnya.

Setelah disidak, rupanya perusahaan-perusahaan yang ada di China tidak memperhatikan standar untuk buruh.

“Begitu disidak ternyata kasusnya bahwa mereka tidak memenuhi standar pekerja tidak memenuhi standar buruh,” katanya.

Mereka dipekerjakan dengan tidak sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

“Yang pertama mereka hidup asal-asalan dan seadanya, tidak pernah istirahat tidak pernah terputus produksinya,” tuturnya.

Bahkan proses produksi pun dilakukan secara terus-menerus tanpa adanya jeda dalam mengejar target atau kuantitas dari produk untuk Dior.

“Mesinnya pun kontrolnya dicabut sehingga bisa memproduksi 24 jam,” tukasnya.***

Exit mobile version