BANDA ACEH –Tifauzia Tyassuma atau biasa dikenal dokter Tifa belakangan memang menarik perhatian karena vokalnya dalam persoalan politik.
Dokter Tifa mulanya jadi perbincangan usai turut mempertanyakan keaslian ijazah Presiden Joko Widodo.
Kali ini, perempuan yang sempat mengaku sebagai teman kecil Anies Baswedan itu menyebut soal pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang bisa membuat damai.
Hal ini dinyatakan sendiri oleh dokter Tifa di akun Twitetrnya pada Senin (31/10/2022).
“Pasangan yang akan bikin everybody happy, dan menyelesaikan semua polemik, dan mudah-mudahan segera membuat damai negeri ini, adalah: Anies-Puan,” tulis dokter Tifa.
“@aniesbaswedan @puanmaharani_ri. Segera deklarasikan tanpa banyak drama,” imbuhnya.
Cuitan dokter Tifa tersebut sontak mengundang berbagai respons dari wargannet.
“Yakin auto akan banyak yang tinggalkan Anies kalau ada PDIP di 2024. Sudah cukup dulu pernah jadi menterinya orang PDIP, jangan diulangi lagi,” komentar warganet.
“Kalau hitung-hitungan mah masuk akal dua kubu yang berseberangan kini disatukan, tapi gimana proses berjalan ke depan bisa sinergi enggak, ini yang jadi tanda tanya,” imbuh warganet lain.
“Ambyar, menyatukan dua kubu yang bersebrangan tidak harus berkoalisi,” tulis warganet di kolom komentar.
“Kirain kita sejalan Bu, kagak taunye membagongkan,” tambah warganet.
“Bismillah menteri kesehatan ya dok,” balas warganet.
Profil Dokter Tifa
Berdasarkan penelusuran Suara.com pada akun media sosial dokter Tifa, nama lengkap dokter tersebut adalah Tifauzia Tyassuma.
Dokter Tifa kini berprofesi sebagai kepala Alhina Institute, sebagaimana yang tercantum di profil LinkedIn miliknya. Ia menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Gadjah Mada. Ia mendapat gelar PhD untuk Molecular Epidemiology dari Universitas Indonesia.
Sebelum menjabat kepala di Alhina Insitute, dokter Tifa menjabat Executive Director di Center for Clinical Epidemiology & Evidence RSCM Jakarta. Tifa mengemban jabatan tersebut sejak 2009.
Ia juga mengemban jabatan Sekretaris Jenderal untuk Indonesian Clinical Epidemiology & Evidence-Based Medicine Network sejak 2010 silam.