BANDA ACEH – Mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK) berhasil mendapatkan Silver Medal, pada kegiatan International Walisongo Science Competition 2023 (IWSC) yang diadakan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang.
Peserta yang ikut berpartisipasi dalam kompetisi ini berasal dari berbagai universitas di Indonesia, seperti Universitas Hasanuddin, Universitas Negeri Semarang, Universitas Negeri semarang, dan lainnya.
Universitas di luar Indonesia juga turut berpartisipasi, semisal Prince of Songkla University (Thailand), Government College University Lahore (Pakistan), dan lainnya. IWSC tahun 2023 mengusung tema “Being a Brilliant Scientist on Future Through Science and Technology”.
Eunoia team diketuai oleh Fuan Maharani, dengan anggota, Muhamad Rasyid Rida dan Fathul Bashair. Keduanya merupakan mahasiswa Prodi Teknik Kimia, yang dibimbing oleh Profesor Yunardi.
Eunoia team berhasil mendapatkan Silver Medal dalam bidang Scientific Paper: Environmental Engineering. Mereka membahas mengenai limbah organik, terdiri dari sisa makanan sangat jarang untuk diolah Kembali dan kebanyakan dibuang di tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Timbunan sampah akan semakin menggunung di tempat pembuangan akhir (TPA), sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan, dan menambah produksi metana dari sampah.
Hal ini menimbulkan banyak masalah baru sehingga diperlukan pengolahan limbah yang harus segera ditangani. Inovasi ini berbasis sistem produksi bergerak skala kecil yang diinstal pada sebuah kendaraan yang memiliki mobilitas yang tinggi sehingga unitnya dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya Eunoia team membuat sebuah inovasi dalam pemanfaatan limbah organic.
“Inovasi yang ditawarkan berbasis sistem produksi bergerak skala kecil yang diinstal pada sebuah kendaraan. Inovasi ini dapat mengubah Limbah organic menjadi biocrude atau lebih dikenal sebagai minyak mentah. Dengan pengolahan lebih lanjut biocrude dapat diolah menjadi bahan bakar minyak dalam rentang didih bensin,” jelas Fuan.
Minyak tersebut, katanya, dapat dijadikan sebagai bauran bahan bakar fosil. Teknologi ini direncanakan dalam skala kecil dapat bergerak yang bertujuan agar proses dapat dilakukan langsung dari sumber limbah, sehingga proses ini dapat dilakukan di berbagai tempat.
“Penggunaan teknologi dapat direalisasikan dan diharapkan mampu menjadi jawaban untuk menyelesaikan isu sampah, sekaligus mencari sumber energi alternatif yang berkelanjutan guna menjaga keberlangsungan kehidupan di bumi,” harapnya.
Teknologi ini diyakini juga dapat berdampak positif terhadap pemanfaatan limbah makanan sekaligus pengurangan volume sampah pada tempat pembuangan akhir (TPA) yang pada akhirnya mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.[]