Fakultas Kedokteran Unaya Sosialisasikan Malaria Knowlesi Ke Masyarakat Stimulus Sabang

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Sabang- Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh melaksanakan pengabdian kepada masyarakat stimulus terkait penyakit malaria knowlesi di Desa Iboih, Kota Sabang, Jum’at (30/9/2022).

Tim sosialisasi ini terdiri dari dosen dan mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Abulyatama yaitu Isfanda, M.Si, Fitria, SST, M.Keb, dr. Yuni Rahmayanti, M.Biomed, Sp.KKLP, serta dua mahasiswa FK Unaya.

ADVERTISEMENTS

Kegiatan sosialisasi tersebut dibuka oleh dr.Ilham mewakili kepala Puskesma Iboih yang pada saat itu berhalangan.

ADVERTISEMENTS

Dalam sambutannya dr.Ilham menyampaikan sangat penting mengetahui penyebab dan gejala serta dampak penyakit malaria. Ia juga berterimakasih kepada tim sosialisasi karena telah berhadir di Iboih untuk mensosialisasikan penyakit tersebut ke masyarakat.

ADVERTISEMENTS

“Kita pihak Puskesmas sangat berterimakasih kepada tim sosialisasi dari Universitas Abulyatama yang telah berhadir ke Iboih untuk sosialisasi tentang penyakit malaria, seperti yang kita tahu malaria merupakan penyakit endemik dan dapat membunuh manusia,” ucapnya.

ADVERTISEMENTS

Selain sosialisasi, dalam kegiatan tersebut pemateri juga mengajarkan tentang penggunaan aplikasi GPS (Global Positioning System) sederhana yang dapat diunduh gratis melalui smartphone. Ini bertujuan untuk memudahkan pihak Puskesmas dan perangkat desa dalam mentracking titik lokasi pasien penyakit malaria.

ADVERTISEMENTS

Isfanda, M.Si, dosen FK Unaya bagian parasitologi entomologi kesehatan yang pada saat itu memberikan materi tentang sosialisasi penyakit malaria serta pemetaan kasus malaria di Iboih mengatakan jika hasil pemetaan menemukan titik lokasi keberadaan Macaca (monyet) berada dekat dengan rumah pasien malaria, maka hal ini harus diperhatikan.

ADVERTISEMENTS

“Saat ini penyakit malaria dapat terjadi ketika nyamuk anopheles mengigit monyet lalu menggigit manusia, sehingga pemetaan keberadaan monyet sangat perlu diperhatikan,” kata Isfanda.

Wilayah yang semakin sempit dan pemukiman yang semakin mendekati hutan menjadi salah satu penyebab banyaknya kasus malaria.

Pemetaan Macaca akan dihubungkan dengan rumah kasus, sehingga bisa dilakukan tindakan yang tepat sasaran dalam hal pencegahan penyakit malaria.

Isfanda juga menjelaskan bahwa penyakit malaria ini sangat komplek dari hewan ke manusia melalui gigitan nyamuk.

“Nyamuk menghisap darah monyet yang patogen, saat nyamuk tersebut menghisap darah manusia maka akan tertular penyakit malaria knowlesi. Penyakit ini juga disebut zoonesis yaitu penyakit yang ditularkan hewan ke manusia,” jelasnya.

Isfanda mengatakan kegiatan pemetaan vektor dan resevoar sudah dilakukan selama empat tahun dan akan terus dikembangkan hingga pemetaan populasi, ketersediaan makanan hingga analisis biologi.

Amna Yusra, Amd.Ak, Penjabat Lab/survelens Puskesmas Iboih berharap dengan adanya kegiatan pengabdian stimulus tersebut masyarakat lebih peduli terhadap lingkungan dan terhindar dari penyakit malaria, serta dapat memanfaatkan aplikasi yang dapat membantu tim kesehatan dalam pemetaan penyakit malaria.

Diketahui, dari tahun 2017 hingga 2021 Puskesmas Iboih menangani 27 kasus malaria. Amna mengatakan Puskesmas Iboih hingga saat ini terus menggencarkan beberapa program untuk pencegahan penyakit malaria.

“Dari lima tahun terakhir, kita sudah menangani 27 kasus malaria di Puskesmas Iboih dan kita juga melakukan beberapa program untuk pecegahan penyakit ini seperti melakukan penyuluhan kebersihan lingkungan, bergotong royong dengan masyarakat, melakukan survey jentik tiap rumah, membagikan bubuk abate, dan kerja sama dengan pemerintah untuk melakukan IRS/fogging,” ucap Amna.

Kegiatan ini berlangsung di Aula Puskesmas Iboih, Sabang. Dihadiri oleh petugas Puskesmas Iboih, perangkat desa, dan masyarakat Iboih.

Exit mobile version