BANDA ACEH – Film dokumenter Dirty Vote sukses meraih perhatian publik.
Sudah lebih dari 1,2 juta penonton di YouTube hanya dalam waktu singkat menonton film Dirty Vote tersebut. Film berdurasi hampir dua jam itu menampilkan tiga ahli hukum tata negara yang menjabarkan dugaan kecurangan dalam Pilpres 2024.
Ditayangkan secara gratis di platform YouTube membuat masifnya penonton menyaksikan film dokumenter tersebut hingga trending di sejumlah platform media sosial.
Dandhy Laksono berhasil menggali dugaan kecurangan Pemilu 2024, dan tokoh utama Zainal Arifin Mochtar mengungkapkan rasa syukur atas dukungan yang luar biasa.
Pada akun Instagram resminya, @zainalarifinmochtar, Zainal menyampaikan terima kasih kepada semua yang ikut melawan kecurangan.
“Teman-teman, terima kasih untuk bersama-sama melawan sehormat-hormatnya. Ini kami dedikasikan secara bersama. Bahkan tidak ada monetisasi dalam semua tampilan film ini di YouTube,” kata Zainal.
“Kami sepakat, seperti bahasa yang disuarakan mas sutradara Dhandy Laksono bahwa ‘ada saatnya kita semua menjadi pendukung capres/cawapres. Tapi hari ini, kami mengajak anda semua menontonnya sebagai WARGA NEGAWA,'” tulisnya.
Film ini bukan hanya mencuri perhatian di platform video, tetapi juga menciptakan sorotan di media sosial. Zainal Arifin Mochtar mengakui menerima ribuan mention di Instagram setelah film ini diluncurkan hanya dalam waktu 9 jam.
“Saya mohon maaf, ada ratusan menuju ribuan mention di post Instagram yang saya terima, dan mulai mustahil untuk bisa merepost semuanya,” ucapnya.
Produser Joni Aswira mengungkapkan bahwa “Dirty Vote” lahir dari kolaborasi lintas Civil Society Organizations (CSO) dan didanai melalui crowd funding serta sumbangan individu dan lembaga.
Meskipun dibuat dalam waktu singkat, dua minggu, film ini sukses mengungkap kecurangan pemilu dengan melibatkan akademisi seperti Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar.
Dengan sorotan terhadap konten yang kontroversial dan pembuatan yang efektif, “Dirty Vote” berhasil menjadi fenomena dalam dunia film dokumenter, menciptakan perbincangan yang mendalam mengenai kecurangan dalam proses pemilihan