Jumat, 15/11/2024 - 16:20 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Gawat! Perwira TNI Surati Presiden Minta Jatah Gubernur Jabar karena Perintah Dukun

BANDA ACEH – Seorang perwira menengah TNI Angkatan Udara dengan sembrono berkirim surat kepada presiden. Celakanya, dia tanpa malu-malu meminta agar dijadikan gubernur Jawa Barat. Kok bisa?Cerita ini terjadi pada kurun 1981. Perwira menengah Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) itu nekat mengirimkan surat kepada Presiden Soeharto dengan harapan dapat ditunjuk sebagai gubernur Jabar menggantikan Aang Kunaefi yang habis masa jabatannya.

Aksi pamen itu tentu saja membuat gusar Soeharto. Pada era itu, wewenang penentuan kepala daerah berada di tangan presiden dan tidak ada yang boleh mengotak-atik hal ini. Pak Harto yang kesal dengan kemunculan surat itu pun memanggil pimpinan TNi AU.

Sebagai imbasnya, pimpinan AU kemudian menugaskan kepala dinas hukum (kadiskum) Kolonel Kahardiman untuk membereskan persoalan tersebut. Kahardiman pun memanggil pamen itu ke kantornya.

“Mas, kenapa Anda sampai nekat mengirim surat ke Pak Harto,” tanya Kahardiman sebagaimana diceritakan dalam buku “Hakim Agung Kahardiman, dari Oditur, Opstib hingga Arbiter,” (halaman 21), dikutip Senin (8/7/2024).

Sayang Kahardiman tidak menyebut nama atau inisial perwira tersebut. Yang jelas, mendapat pertanyaan ini, sang perwira seketika terlihat bingung dan ketakutan.

Melawan Dukun

Lantas apa jawaban pamen? Ini lah yang sungguh-sungguh mengejutkan. Pamen itu menyebut sebenarnya dia juga tidak pernah berniat kirim surat ke Pak Harto. Persoalannya, dia dipaksa oleh sekelompok orang.

Versi dia, pemimpin kelompok itu sakti semacam dukun. Bahkan disebutnya orang Timur itu bisa membunuh dari jauh. “Makanya saya nekat,” ucapnya, ditirukan Kahardiman.

Belum berhenti di situ. Menurut cerita pamen terperiksa itu, si dukun menyuruhnya agar membuat surat permintaan menjadi gubernur Jabar. Sang perwira makin keder karena saat itu dukun memperlihatkan api di tangannya seolah-olah menegaskan kesaktiannya.

Kahardiman tak ayal heran. Penasaran dia mempertanyakan dari mana sang pamen itu mengenal pria yang diklaim dukun tersebut. Rupanya berawal dari obrolan saja. Pamen itu menanyakan kepada dukun kenapa kariernya di AU mandeg. 

Bukannya mendapat pertolongan, eh ujungnya malah dia harus kirim surat ke presiden. Suatu hal yang ketika itu bukan saja dianggap tidak sopan, tapi benar-benar di luar kepatutan. Jangankan pamen, jenderal TNI saja belum tentu menyurati Soeharto jika tak ada keperluan penting urusan negara.

Ditangani Hendropriyono

Kahardiman tak kurang akal. Dia pun menawarkan agar AU menyelesaikan persoalan tersebut. Tak diduga sang pamen sangat gembira. “Ya saya senang sekali,” katanya dengan muka cerah.

Kahardiman lantas teringat dengan AM Hendropriyono. Baginya ahli intelijen itu dianggap sebagai sosok tepat untuk berdiskusi bagaimana mengenai masalah perdukunan tersebut.

Kahar mengenal Hendro kala prajurit Kopassus itu masih berpangkat mayor dan bertugas di Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI. Kahar lantas menelepon lulusan Akademi Militer Nasional (AMN) 1967 tersebut. Lulusan UGM ini lantas menceritakan apa yang sedang ditanganinya. Hendro merespons sigap.

“Apa perlu kita yang bergerak?” ujar mantan komandan kompi Prayudha Korps Baret Merah itu.

“Wah enggak usah, biar Pak Koco dari Aspam AURI saja yang turun untuk mengatasi,” ucap Kahardiman buru-buru. 

“Oh ya sudah. Kalau perlu nanti saya yang menghubungi Pak Koco,” ujar Hendro lagi.

Begitu lah kasus tersebut akhirnya selesai. Selang beberapa waktu, pamen yang berkirim surat ke Soeharto agar dijadikan gubernur Jabar itu kembali mendatangi Kahardiman. Dia menceritakan bahwa dukun yang menerornya sudah tak mengganggunya lagi.

Kahardiman pun bergumam. “Ternyata gerakan intelijen halus dari Pak Hendropriyono membuahkan hasil,” ucapnya.


Reaksi & Komentar

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ ۚ وَمَا هُم بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ البقرة [102] Listen
And they followed [instead] what the devils had recited during the reign of Solomon. It was not Solomon who disbelieved, but the devils disbelieved, teaching people magic and that which was revealed to the two angels at Babylon, Harut and Marut. But the two angels do not teach anyone unless they say, "We are a trial, so do not disbelieve [by practicing magic]." And [yet] they learn from them that by which they cause separation between a man and his wife. But they do not harm anyone through it except by permission of Allah. And the people learn what harms them and does not benefit them. But the Children of Israel certainly knew that whoever purchased the magic would not have in the Hereafter any share. And wretched is that for which they sold themselves, if they only knew. Al-Baqarah ( The Cow ) [102] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi