Jumat, 15/11/2024 - 08:54 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ACEH

GeMPA Imbau Rakyat Aceh Tolak Bujuk Rayu UNHCR untuk Terima Rohingya

HARIANACEH.co.id|Banda Aceh – Gerakan Mahasiswa Peduli Aceh (GeMPA) menghimbau masyarakat Aceh untuk menolak segala bujuk rayu dari UNHCR dan Pemerintah Aceh untuk menerima imigran Rohingya. Menurut GeMPA, kehadiran Rohingya di Aceh akan menjadi bencana sosial dan ancaman berkelanjutan bagi Aceh di masa depan.

“Persoalan imigran Rohingya ini tidak lagi bicara kemanusiaan tetapi seakan-akan ada misi memanfaatkan sisi kemanusiaan rakyat Aceh untuk kepentingan misi UNHCR sebagai lembaga internasional yang beroperasi dibidang penanganan imigran. Untuk itu, masyarakat Aceh harus berani menolak segala bujuk rayu baik itu dari pihak UNHCR bahkan Pemerintah Aceh yang sifatnya untuk penerimaan Rohingya di Aceh,” ungkap Koordinator GeMPA, Ariyanda Ramadhan dalam keterangannya kepada media, Selasa (19/12/2023).

Ariyanda menambahkan, masyarakat Aceh harus lebih selektif dan tidak tergiur dengan iming-iming bantuan dari pihak tertentu yang ingin mendorong penerimaan Rohingya di Aceh. Ia mengatakan, kondisi sosial ekonomi Aceh saat ini sedang tidak baik-baik saja bahkan tingkat kemiskinan Aceh masih tertinggi di Sumatera.

“Jangan sampai karena bujuk rayu tersebut justru kita menerima hadirnya persoalan baru di masyarakat Aceh. Apalagi persoalan perdagangan manusia, persoalan penistaan kearifan lokal Aceh hingga berbagai konflik sosial antara masyarakat dengan imigran Rohingya selama ini hanyalah awal mula dari masalah besar yang akan dihadapi rakyat Aceh ke depannya,” ujarnya.

Ariyanda juga mengkritik kondisi anggaran daerah baik provinsi Aceh maupun kabupaten/kota yang semakin mengecil pasca menurunnya jumlah dana otonomi khusus. Ia menilai, Aceh tidak memiliki kemampuan untuk menangani persoalan baru seperti imigran Rohingya bahkan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan pembangunan Aceh sendiri belum memadai.

“Sampai kapan UNHCR akan talangi kebutuhan imigran Rohingya di Aceh, tentunya tidak akan lama. Lalu selebihnya otomatis bebannya akan menjadi persoalan daerah dan masyarakat, apalagi selama ini saja sudah terbukti UNHCR tak mampu untuk mengatasi, belum lagi nanti,” katanya.

GeMPA secara tegas meminta agar masyarakat Aceh menolak kehadiran UNHCR dan imigran Rohingya hingga mereka tak lagi menjadikan Aceh sebagai sasaran empuk target pendaratan dan pemanfaatan. GeMPA menegaskan, Indonesia secara umum dan Aceh khususnya bukanlah wilayah yang berkewajiban menampung suaka politik dari negara lain secara perjanjian internasional.

“Sudah saatnya masyarakat Aceh bangkit dan tolak kedatangan imigran Rohingya apapun alasannya, hal ini demi kebaikan Aceh ke depan. Jangan sampai buka lam krueng teudong-dong buya tamong meuraseuki,” ucap Ariyanda.

GeMPA juga mengecam tindakan segelintir elit Aceh yang menggunakan isu kemanusiaan untuk mengelabui masyarakat terkait kedatangan imigran Rohingya, hanya untuk kepentingan pencitraan mereka semata. GeMPA menilai, elit politik Aceh harus mengutamakan kepentingan rakyat Aceh daripada membela bela imigran Rohingya dan UNHCR semata.

“Persoalan rakyat sendiri saja mereka abaikan, tentunya sangat tidak masuk akal jika tiba-tiba mereka membela-bela imigran Rohingya dengan dalih kemanusiaan. Kami imbau Rakyat Aceh untuk mengecam keras elit politik yang lebih peduli Rohingya ketimbang nasib dan masa depan rakyatnya. Jangan sampai ada DPR yang sudah seperti Dewan Perwakilan Rohingya (DPR) yang membangun pencitraan dengan isu kemanusiaan, namun malah mengorbankan rakyatnya sendiri,” tegas Ariyanda.

|Editor: Awan

Artikel GeMPA Imbau Rakyat Aceh Tolak Bujuk Rayu UNHCR untuk Terima Rohingya pertama kali tampil pada HARIANACEH.co.id.


Reaksi & Komentar

إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ ۖ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ البقرة [131] Listen
When his Lord said to him, "Submit", he said "I have submitted [in Islam] to the Lord of the worlds." Al-Baqarah ( The Cow ) [131] Listen

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi